Lihat ke Halaman Asli

Sebagai Pewaris Warisan Budaya Leluhur Kumerasakan

Diperbarui: 25 Juni 2015   03:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Lho, lho, lho. Malaysia. Memangnya leluhur kita sama ya, kok warisannya juga kau (merasa) miliki! Memangnya sejarah prasejarah kita nggak beda apa, kok berani-beraninya mengaku-aku tarian itu milik kamu. (Juga!). Mula-mula reyog, lalu tor tor dan gordang sambilan.

Dan ambisi pengennya memiliki milik saudara sendiri (kalau kau masih nganggap kami saudara serumpun sih) seperti itu, kayaknya dipicu oleh masalalumu yang selalu kalah dari kami, ya kan? Sehingga saat ini kauaktualisasikan dendammu dalam bentuk-bentuk berani melawan seperti berulang-ulang telah kaulakukan. Pulau Sipadan dan Ligitan contoh lainnya.

Di sisi lain, aku tahu sesuatu, bahwa munculnya keberanianmu itu sedikit banyak juga karena pengetahuanmu tentang negaraku. Kalau ditandingkan kaumerasa menang segala-segalanya saat ini. Hebat ya dirimu.

Tetapi sebagai pewaris warisan leluhurku (syukur-syukur kalau leluhurku ini leluhurmu juga) mana ada sikap diam tenang pasrah mengalah. Tidak lah! Sungguh. Mau bukti, tunggu !

Gerah yang demikian menjarah seluruh kenyamanan tubuh, pelahan musnah.

Ponorogo, 18 Juni 2012.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline