Seumpama sebuah pertandingan, boleh saja memisalkan pelaksanaan ujian nasional (UN) selayaknya arena adu. Adu kecerdasan itu pasti. Adu kekuatan, iya juga. Adu keuletan, sudah biasa dan tak mengherankan.
Kita tahu sudah sekian kali dilaksanaan, pemerintah terus menekan stakehorlders pendidikan agar berpikiran sama, yaitu menjadikan fungsi nilai hasil UN sebagai syarat kelulusan siswa yang tak tergantikan. Bahkan pemerintah selalu ngotot ketika membuat pernyataan tetap akan melaksanakan UN sampai kapan pun, serta dengan arogan menaikkan nilai standar kelulusan setiap tahunnya. Namun herannya, pemerintah terus menjadi pecundang ketika berusaha menekan pihak perguruan tinggi agar nilai hasil UN difungsikan sebagai syarat mutlak penyeleksian calon mahasiswa baru. Di sudut inilah kentara sekali mereka saling beradu kekuatan pendirian dan pemerintah kalah sampai sekarang.
Masih jelas pula kita ingat ketika guru-guru, siswa dan orangtuanya memrotes pelaksanaan UN. Tak ketinggalan organisasi massa para pendidik. Mana hasilnya? Pemerintah toh jalan terus dengan kecerdasan yang luarbiasa. Mereka rubah beberapa aturannya dengan kesan mendadak, sehingga kepala sekolah, guru dan siswa dibuat sering kelabakan mengantisipasinya.
Oleh karena itu, sebagian dari mereka jadi merasa terlambat ketika harus ambil ancang-ancang dulu untuk mau menang di UN. Ambil contoh, aturan pemerintah meminta nilai raport siswa diperhitungkan dalam menentukan kelulusannya, ini membuat panik sebab nilai-nilai siswa yang 'terlanjur' buruk tak kuasa mereka rubah lagi. Apakah ini tindak kecurangan? Yang jelas, mereka senantiasa berusaha keras dengan satu niat agar semua siswa lulus. Tak peduli seketat apapun aturan mainnya, selalu berusaha ditemukan suatu siasat guna menyiasati implementasi aturan-aturan itu.
Buktinya, setiap tahun aturan-aturan pelaksanaan UN senantiasa dicurangi oleh oknum-oknum guru, kepala sekolah dan siswa. Meskipun begitu, sanksi yang dijatuhkan belum pernah menghentikan semangat berbuat curang kembali bagi pelaku baru di tahun berikutnya. O, rupanya mereka itu menunjukkan bagaimana adu keuletan, dengan selalu menjalankan siasat baru yang cerdik tapi curang setiap kali aturannya dibarukan. Kita tunggu saja bagaimana untuk tahun 2011 ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H