[caption id="attachment_77192" align="alignright" width="298" caption="Ilustrasi/Admin (Kompas)"][/caption] Penekanan pada capaian melewati passing grade nilai hasil UN menyebabkan sekolah tak segan menggelar uji coba UN berkali-kali. Setidak-tidaknya di Ponorogo telah dua kali digelar, dengan hasil di tiap-tiap sekolah penyelenggara tidak menunjukkan kelulusan seratus persen. Semua kecewa, mulai dari siswa, orangtua siswa, guru, kepala sekolah sampai dengan para atasan kepala sekolah itu. Padahal dengan metode drill mereka membahas jawaban soal-soal UN tahun-tahun lalu atau yang sekedar prediksi, begitu giatnya dilakukan saban sore di jam-jam tambahan. Rupanya baru upaya keras itu yang bisa diacungi jempol, sedang hasilnya masih menunggu. Ambisi orangtua yang menghendaki anaknya lulus dengan nilai bagus, ditunjang oleh ambisi guru yang selalu pengen mata pelajaran yang diampunya lulus semua, dan diperkuat dengan ambisi kepala sekolah yang akan membanggakan kelulusan seratus persen kepada masyarakat, semua sejalan dengan tuntutan dari atasan para kepala sekolah itu. Ini dialami oleh mereka di hampir semua kota/kabupaten. Yang mengherankan, kegagalan di kancah uji coba UN ini ternyata tidak bakal ditemui di UN seperti yang terlaksana di tahun-tahun lalu. Entah bagaimana, selalu saja ada sekolah yang mengejutkan dengan prestasi lulus seratus persen. Padahal tidak seperti dalam uji coba, siswa mengerjakan soal-soal UN dengan pengawas ruangan guru dari sekolah/madrasah lain, dan dilengkapi pengawas independen dari kampus PT pula. Dari fenomena di atas, sementara ini tuduhan yang paling keras adalah telah terjadinya kecurangan. Siswa dibantu gurunya dalam menjawab soal-soal UN, sehingga berbagai pihak menginginkan untuk pelaksanaan UN 2010 pengawasan dilakukan dengan sangat ketat, ternyata dipenuhi oleh pemerintah. Dan di antara yang ketakutan dengan ini, pasti ada di antara mereka yang menolak UN. Lalu apa makna uji coba berkali-kali? Dalam UN 2010 nanti kalau masih ada siswa yang tidak lulus dalam dua kali ujian, perlulah dikaji ulang bagaimana mutu uji cobanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H