Jumlah pengungsi akibat meletusnya Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara kini tercatat sebanyak 4.739 orang. Bupati Karo, Kena Ukur Karo Jambi Surbakti mengatakan, sebelumnya jumlah pengungsi tersebut mencapai sebanyak 3.710 orang yang berada di lima lokasi. Namun jumlah pengungsi dari beberapa desa itu, bertambah menjadi sebanyak 4.739 orang dan ditempatkan pada delapan lokasi di Kota Kabanjahe. Data yang diperoleh di Posko Penampungan Bencana Sinabung, menyebutkan dari jumlah 4.739 pengungsi, yakni sebayak 1.453 orang berada Jambur Sempakata, Klasis GBKP (590 orang) dan GBKP Kota (1.400 orang). Jambur Payung ( 420 orang), Jambur Teras Berastagi (700 orang), Masjid Agung (60 orang), Sentrum PPWG Kabanjahe (56 orang) dan Gereja Katolik (60 orang).
Terkait dengan bencana Gunung Sinabung tersebut dihadapan para pengungsi dan para media, Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyampaikan keputusan mengenai kebijakan penanganan bagi para warga yang terdampak erupsi Sinabung pada Jumat pagi (24/1). Kebijakan tersebut diputuskan setelah Presiden SBY mendengarkan langsung laporan dan penjelasan dari Gubernur Sumatera Utara, Bupati Karo, dan penjabat terkait serta pertemuan yang dilakukan pada Kamis malam (23/1). Presiden SBY berpesan bahwa kebijakan dan solusi sekaligus program harus dilaksanakan dengan baik. Pelaksanaan, di samping BNPB dan Pemerintah Pusat, juga sangat ditentukan oleh pemerintah daerah baik provinsi dan kabupaten, serta bantuan dari pemimpin agama, pemimpin masyarakat, dan semua elemen yang ada di daerah ini. Menyikapi dampak dari erupsi Gunung Sinabung tersebut Presiden SBY mengatakan bahwa terdapat beberapa kebijakan yang harus segera dilaksanakan yaitu, Kebijakan jangka pendek dan Kebijakan Jangka Menengah.
Kebijakan jangka pendek terkait dengan upaya menyelamatkan jiwa. Di samping itu, bantuan logistik dan pelayanan pengungsi terus dilanjutkan bahkan ditingkatkan kualitasnya. Mereka sudah lebih tiga bulan tinggal di tempat penampungan dan harus disediakan pelayanan sebaik-baiknya, meskipun dari ahli vulkanologi menyebutkan kecenderungan erupsi yang semakin menurun. Kebijakan selanjutnya adalah di bidang pendidikan, yaitu pemberian beasiswa bagi anak-anak yang masih duduk di SD, SMP, SMA, hingga perguruan tinggi sehingga mereka tidak putus sekolah. Kebijakan pemberian insentif atas pekerjaan untuk para warga yang dulunya bekerja dan sekarang menganggur agar dilanjutkan dan diperluas. Presiden SBY pun meminta kepada BNPB untuk menghitung bantuan insentif atau cash for work ini. Sementara itu, masyarakat yang bekerja di sektor pertanian, perkebunan, peternakan atau pun semua yang tidak bisa bekerja dan terganggu, pemerintah akan memberikan bantuan dan jumlah yang tepat. Diharapkan ini dapat meringankan beban warga yang terdampak erupsi Sinabung. Bahkan Presiden SBY telah menghubungi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyangkut pinjaman warga. Kebijakan jangka menengah, SBY menetapkan program relokasi bagi mereka yang tinggal di dalam radius 3 km. Pemerintah telah merencanakan lokasi yang berjarak 5-7 km tetapi lokasi tersebut baru ada 15 ha. Kebutuhan untuk merelokasi sekitar 900 an KK seluas 25 ha.
Kebijakan-kebijakan tersebut tentu menjelaskan bahwa Presiden SBY sangat serius dalam menyikapi bancana alam akibat dari erupsi Gunung Sinabung. Sebagai Presiden, SBY tentu berharap bencana alam ini segera dapat teratasi dengan baik, sehingga masyarakat dapat beraktifitas seperti biasa. Tanpa di hantui rasa khawatir akan keselamatan diri sendiri dan keluarganya.
Untuk itu, diperlukan adanya kerjasama dari seluruh element masyarakat untuk turut membantu menyelesaikan dampak erupsi gunung Sinabung tersebut. Tidak tepat rasanya apabila kita terus mencari kebenaran atas ego pribadi dengan mempolitisir keadaan. Termasuk terus membahas tentang tenda/ penginapan presiden yang diisukan oleh media tertentu seharga 15 Miliar, padahal tenda tersebut merupakan tenda BNPB yang biaya teknisnya hanya 60 Juta. Penginapan presiden tentu menjadi suatu kewajaran dan penting mengingat di perlukan adanya upaya pembentukan kebijakan strategs dalam mengatasi erupsi gunung sinabung yang sedang berlangsung. Bukan saatnya terus mencari kesalahan dan mempolitisir segala hal, apalagi pada saat ditempat musibah bencana alam, namun yang diperlukan adalah bagamana upaya menyelesaika persoalan. Terkait hal tersebut tentu sudah saatnya seluruh masyarakat Indonesia turun tangan membantu saudara-saudara kita yang terkena musibah bencana alam tersebut. Sedikit sentuhan tangan kita akan bermakna luar biasa bagi para korban. Mari kita belajar dari masyarakat Karo yang mengalami kesulitan akibat bencana erupsi Gunung Sinabung namun tetap memiliki etika dan kecerdasan dengan selalu berterimakasih pada siapapun yang peduli dan membantu , apalagi terhadap Presidennya, semoga derita para korban bencana segera terselesaikan dengan segala program penanganan baik oleh Pemerintah usat hingga Pemerintah Daerah. Terimakasih Bapak Presiden SBY.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H