Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber daya alam. Terutama perikanan. Dengan luas perairan melebihi 70% dari luas Indonesia sendiri, potensi perikanan ini sangat baik untuk dikembangkan. Salah satunya adalah perikanan air tawar. Salah satu jenis ikan air tawar yang biasa dibudidayakan adalah ikan lele. Dengan ciri tubuhnya yang licin memanjang tak bersisik, dengan sirip punggung dan sirip anus yang juga panjang, yang terkadang menyatu dengan sirip ekor, menjadikannya nampak seperti sidat yang pendek. Salah satu jenis lele yang umum di budidayakan di Indonesia adalah jenis lele Dumbo yang berasal dari dari Afrika. Usaha lele konsumsi mempunyai prospek cukup besar dalam dunia bisnis, sebab kebutuhan lele terus mengalami peningkatan. Hal ini ditandai dengan meningkatnya permintaan lele dalam Negeri, misalnya di Yoyakarta kurang lebih 6-7 ton/hari lele yang sebagian besar disuplai dari luar daerah habis dikonsumsi oleh masyarakat setempat. Selain itu, banyaknya kasus pembohongan publik yang terungkap. Maraknya kasus daging tiren atau juga daging gelonggongan di masyarakat membuat masyarakat lebih memilih ikan sebagai alternative pengganti daging. Ikan lele merupakan salah satu ikan konsumsi yang banyak dinikmati. Selain mudah diolah dan berprotein tinggi, harga ikan lele juga lebih terjangkau daripada jenis ikan air tawar lainnya. Bandingkan dengan harga ikan lain per Januari 2011. Ikan Gurameh misalnya, yang harganya mencapai Rp 22.000,00/kg, atau ikan Mas yang mencapai Rp 19.000,00/kg Sejenis dengan ikan air tawar lainnya, Niles, Tawes, Patin, dan jenis ikan lainnya yang sama mahalnya membuat masyarakat kurang bisa menjangkau harga tersebut. Sedangkan ikan Mujair dengan harga yang sedikit lebih murah lebih sulit diolah dan berukuran relatif kecil dibandingkan ikan lele yang mampu mencapai berat 2 ons di ukuran optimal panenya. Keunggulan ikan lele lainnya dibandingkan dengan produk hewani lainnya adalah kaya akan Leusin dan Lisin. Leusin (C6H13NO2) merupakan asam amino esensial yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan anak-anak dan menjaga keseimbangan nitrogen. Leusin juga berguna untuk perombakan dan pembentukan protein otot (Wikipedia, 2008). Lisin merupakan salah satu dari 9 asam amino esensial yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perbaikan jaringnan. Lisin termasuk asam amino yang sangat penting dan dibutuhkan sekali dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Pasalnya, asam amino ini sangat berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan tulang pada anak, membantu penyerapan kalsium dan menjaga keseimbangan nitrogen dalam tubuh, dan memelihara masa tubuh anak agar tidak terlalu berlemak. Lisin juga dibutuhkan untuk menghasilkan antibody, hormone, enzim, dan pembentukan kolagen, disamping perbaikan jaringan. Tak kalah pentingnya, lisin bisa melindungi anak dari cold sore dan virus herpes (Wikipedia, 2008) Nanggulan adalah salah satu kecamatan di Kulon Progo dengan luas daerah 3.960,67 Ha dengan jumlah penduduk 32.036 jiwa. Berdasarkan Sistem Informasi Data Pokok Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi DIY tahun 2005, potensi lahan dan potensi realisasi perikanan masih sangat sedikit sehingga produksi masih diangka nol (0) dalam satuan ton. Oleh pemerintah, hal ini dianggap kurang optimal jika dibandingkan di beberapa daerah di kabupaten di Gunung Kidul dimana ketersediaan air lebih sedikit dibandingkan daerah Kulon Progo. Di kawasan Nanggulan, pemanfaatan potensi ini sudah dilakukan oleh beberapa pembudidaya. Namun karena terbatasnya pengetahuan dan cara pembudidayaan ikan lele yang masih tradisional, para peternak tersebut beralih ke budidaya ikan Gurameh. Hal ini jelas mengurangi jumlah produksi ikan lele di daerah Nanggulan. Seiring terus bertambahnya jumlah pendatang dan mahasiswa tiap tahunnya ke Yogyakarta, dapat dipastikan pasokan ikan lele akan menjadi berkurang, sedangkan ikan lele merupakan salah satu komoditi penting bagi para pengusaha makanan, warung, dan restoran di daerah Yogyakarta dimana ikan lele lebih terjangkau harganya untuk dinikmati berbagai kalangan baik dari kelas menengah kebawah ataupun kelas menengah keatas. Berdasarkan kondisi tersebut, saya memandang hal ini sebagai suatu kesempatan dan peluang yang bagus dalam mencuri pasar ikan lele di daerah ini. Terutama di daerah Nanggulan dimana para peternak memilih beralih ke budidaya Gurameh sehingga pasaran ikan lele menjadi kosong. Dengan modal awal kami berupa kolam budidaya yang sudah ada, pompa diesel, dan pengalaman budidaya lele yang sebelumnya.
Umumnya, budidaya ikan lele membutuhkan waktu tiga bulan masa budidaya hingga mampu panen. Namun dengan waktu yang singkat tersebut, ikan lele masih sangat rentan terhadap penyakit. Penyakit akibat bakteri, jamur, parasit dan berbagai penyakit lain yang juga menyerang benih membuat produksi lele menjadi terhambat bahkan menelan biaya produksi untuk mengatasinya. Apabila masa panen tersebut dapat lebih dipersingkat lagi, akan dihasilkan lele yang lebih sehat dan lebih produktif sehingga mengurangi angka kematian lele sehingga dapat dihasilkan budidaya dan keuntungan yang maksimal.
Mungkin untuk tulisan pertama cukup sampai disini dulu. Bisa kita lanjutkan pada tulisan selanjutnya. Insya Allah dengan tema yang lebih menarik.....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H