"Dengan Deklarasi Balfour di tangan, kemenangan besar Zionisme telah diraih dan itu menjadi pintu pembuka bagi gerakan-gerakan selanjutnya."
Artikel sebelumnya di Kompasiana: Memahami Zionisme (Bagian 2): Tanah yang Dijanjikan
Pada artikel sebelumnya kita telah membahas alasan Yahudi Eropa yang telah mewujud dalam sebuah gerakan bernama Zionisme yang mengklaim tanah Palestina sebagai tanah yang dijanjikan di dalam Alkitab.
Untuk memudahkan pembaca mengenai runutan peristiwa konflik Israel-Palestina, kita akan membagi runutan tersebut dalam fase-fase. Fase-fase itu adalah pra-zionisme, zionisme, Negara Israel, Fase Penaklukkan seluruh daerah historis Palestina, dan Fase Intifadah.[1]
Fase pertama adalah pra-zionis, yaitu fase di mana Yahudi Eropa mengalami penindasan dan marginalisasi di seluruh daratan Eropa. Fase tersebut sudah kita bahas pada artikel bagian pertama. Fase keduaadalah zionisme, yakni ketika Yahudi Eropa sudah menemukan tujuan untuk mencari tempat baru dan mencari pembenaran biblikalnya.
Untuk mewujudkan rencananya ini, Yahudi Eropa mulai mengorganisir diri, mendirikan organisasi-organisasi pendukung, dan sambil terus melakukan migrasi ke tempat yang dituju, mereka juga mendekati kekuatan besar di kawasan. Selain itu mereka juga mencari landasan hukum sebagai dasar legitimasi pergerakannya.
Fase ketiga, berdirinya Negara Israel, yaitu fase di mana Zionisme mewujud dalam suatu bentuk negara dengan memanfaatkan momentum bangkitnya negara-negara jajahan di dunia setelah Perang Dunia II. Fase keempat, yaitu fase di mana Israel menaklukkan seluruh daerah historis Palestina. Fase kelima,yaitu fase intifadah, yaitu gerakan perlawanan rakyat Palestina terhadap Israel yang berlangsung sampai dengan hari ini.
Sebagian dari fase kedua kita sudah membahasnya pada artikel bagian kedua. Artikel kali ini masih melanjutkan apa saja yang terjadi pada fase kedua.
Kongres Zionis Pertama