Lihat ke Halaman Asli

Aku bajak laut

Diperbarui: 24 Juni 2015   22:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pagi menjelang hilang, rasa ngantuk ku perlahan lahan pergi bersama tiupan angin laut. Pagi ini aku berada diatas  kapal kayu milik Pak Karso dan berlayar tanpa kompas atau apapun juga. Aku sendiri yang mengemudikan kapal Pak Karso menuju tempat yang hanya aku sendiri yang dapat menemukannya , dan tempat itu adalah pecahan tirani hatiku yang setahun lalu telah pergi jauh. Rani Astela telah terjatuh disana, terhanyut entah kemana. Aku hanya menabur bagian bagian mawar ini disetiap inci ombak yang berdebur. Agenda ini secara rutin kulakukan setiap tanggal 16 oktober.

Aku hanya menyesal mengapa kejadian itu bisa terjadi.4 tahun sudah aku menikahi Rani Astela dan dikaruniai 1 orang anak yang mirip sama mamanya, aku memang menggemari hoby sebagai pemancing. Dan disetiap waktu atau disela-sela kesibukanku aku selalu menyempatkan diri untuk memancing ditempat favoritku. Pak karso adalah nelayan yang selalu memberi pinjaman kapal mesin nya kepadaku, Ia baik dan ramah juga kepada istriku.

Pagiitu aku terbangun dan masih kurasakan jelas aroma bau keringat istriku yang khas. Karna pada hari itu hari minggu aku sengaja mengajak istriku untuk memancing ditempat biasa, tapi putriku sengaja tidak ku ajak dan kutitipkan dirumah nenek nya yang tak jauh dari rumahku. Aku bergegas pergi tanpa firasat apapun. Kamipun tiba didesa teluk bakau, jarak nya tidak begitu jauh dari rumahku. Dan seperti biasa aku membawa sedikit oleh oleh sederhana dari rumah, dan Kebetulan istriku mempunyai bisnis makanan ringan kecil-kecilan dirumah. Aku menanyakan pada pak Karso : "Pak apa ada kapal yang nganggur? dan apa angin laut terlihat baik untuk memancing? Pak Karso menjawab seperti biasa : Saya rasa baik, tapi saya tidak memastikan itu mas! ya saya mengerti betul bahwa nelayan di Desa Teluk Bakau ini masih kurang memahami mengenai ilmu kelautan, mereka tidak terlalu banyak memikirkan hal hal yang mungkin terjadi nantinya.Mereka seperti bajak laut!

Aku pun sama. Kala itu aku merasa harus menjadi bajak laut dan aku harus tetap memancing di lautan lepas agar aku mendapatkan hasil yang maksimal. Aku tak memperdulikan apapun. Sampai tiba saatnya badai menghampirikapal kami. Secara cepat Air membanjiri semua geladak kapal rongsokan Pak Karso. Rani menjerit dan terlempar saat kapal terlambung keudara bersama ombakyang mengganas.Akupun Sama. Arus dibawah permukaan sangat besar dan tekanan 1 atmosfer saja bisa memecahkan gendang telinga orang yang berada dikedalaman lebih dari 10 meter selama beberapa menit . Aku bergejolak melawan gulungan ombak ombak itu. Petir bergemuruh lesu. Hujan berderai menambah kekeruhan lautan. Mataku menyempit tapi masih bisa membuka. Tanganku mengayun, Kakiku mengayun untuk terus mencari istriku disela-sela rimbunnya air. Lama tak ku lihat kepalanya muncul,Lama tak ku lihat bayang tubuh nya dikedalaman, Aku benar benar kehilangannya untuk selamanya. Istriku mengapung bersama keegoisanku. Air mata takan pernah henti berderai setiapkali aku mengunjungi lautan kenangan itu. I LOVE YOU..




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline