Lihat ke Halaman Asli

Patriot Sejati di Tengah Belantara Api

Diperbarui: 26 Desember 2019   15:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Personel gabungan TNI dan Polri saat memadamkan Karhutla di areal Cagar Biosfer Giam Siak Kecil Bukit Batu, Bengkalis, Riau. (dok. PanjiAhmadSyuhada)

Mereka terkepung. Seperti menghirup udara di ruang hampa. Sebisanya menutup lubang hidung dari gempuran asap. Tapi sia-sia. Angin berhembus kencang dari timur membawa partikel asap hasil kebakaran hutan dan lahan. Mereka panik. Tak ada yang terlewat dari terjangan badai jerebu. Pun bara api di dasar gambut tempat raga berpijak seakan menunggu tumbal.

KEPALA api kian menjalar seturut deru angin yang mengencang, lalu melahap dan menyantap lahan-lahan kering di tanah gambut yang demikian luas. Sungguh situasi yang tak bersahabat dengan manusia.

Ketika itu, puluhan anggota TNI-Polri bertungkus lumus memadamkan api di tengah belantara pedalaman Bengkalis. Tepatnya di zona penyangga areal Cagar Biosfer Giam Siak Kecil Bukit Batu (GSK-BB) Kabupaten Bengkalis, Riau, pada penghujung Agustus 2019.

Bermodal mesin pompa 2 tak dan selang-selang panjang, kepala api diburu dan dibinasakan. Semangat juang bergelora terpancar dari raut-raut wajah puluhan personel seragam cokelat dan loreng yang bersikukuh berkolaborasi.

Front pertarungan terdepan lalu ditentukan, garis demarkasi ditetapkan dan wilayah penyangga belakang dipastikan. Perang melawan api dimulai. Targetnya tak bisa tidak: zona nol kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

Ujung selang kemudian ditarik ke sumber air di parit terdekat, mesin pompa dinyalakan dan merekapun mulai bertempur menantang sang bala api. Satu orang memegang kepala selang, yang lainnya menarik atau mengulur.

Ada pula yang meratakan jalur, sebagian menjaga mesin dan memastikan ketersediaan debit air. Mereka bekerja sama dan berbagi peran dengan kompak, sumber bara api disiram hingga ke dasar gambut. Demikian berulang-ulang di setiap spot, titik panas api harus benar-benar dipastikan padam.

Selama berhari-hari personel gabungan tersebut mesti bermalam di lokasi itu. Persisnya di sebuah tempat yang berdekatan dengan Danau Sembilan; zona inti Cagar Biosfer GSK BB yang belum seutuhnya dijamah manusia.

"Sudah berhari-hari personel diterjunkan di areal karhutla ini," kata AKBP Yusup Rahmanto di lokasi.

Orang nomor satu di jajaran Kepolisan Resort Bengkalis ini rupanya sudah bermalam di sini selama dua hari terakhir. Perkampungan kecil yang jaraknya sangat jauh dari pusat kota tersebut tak melunturkan semangatnya untuk menjinakkan api.

Titik koordinat terparah karhutla berada di Desa Tasik Serai, Kecamatan Talang Muandau yang melebar hingga ke Kecamatan Bandar Laksmana, menurut pantauan satelit Badan Pertanahan Nasional.

Untuk menjangkau lokasi, Posmetro Rohil memakan waktu nyaris tiga jam dari pusat kota Duri Mandau, Kabupaten Bengkalis. Bukan hal yang mudah untuk bisa sampai ke sana. Selain memakan waktu lama, medan yang dilalui juga tak kalah menantang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline