Lihat ke Halaman Asli

Pahlawan Tanpa Tanda Jasa

Diperbarui: 24 Juni 2015   04:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

25 November merupakan tanggal berdirinya organisasi PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia) sebuah organisasi profesi keguruan dan tanggal tersebut akhirnya ditetapkan sebagai “Hari Guru” di Indonesia. Hari guru seharusnya dimaknai oleh seluruh guru-guru di Indonesia sebagai sebuah refleksi untuk mewujudkan pendidikan yang lebih bermutu untuk kecerdasan sejati insan didik, bukan sekedar hari yang diperingati secara formalitas dengan upacara peringatan hari guru disetiap instansi pendidikan.

Guru merupakan sebuah profesi yang tugasnya mencerdaskan manusia, memanusiakan manusia dan membuka pemikiran manusia tentang bagaimana eksistensi kemanusiaanya didunia. Itu sebabnya guru harus mampu menjadi contoh tentang kebaikan disetiap sendi kehidupan sehingga dia pantas ditiru dan diikuti.

Untuk dapat mencerdaskan manusia tentunya guru harus memiliki ilmu dan untuk memiliki ilmu guru harus terus belajar mempelajari setiap perkembangan dan perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga dia mampu mentransfer ilmu yang dimilikinya tersebut kepada insan didikanya, itulah mengapa guru disebut “Pembelajar Seumur Hidup” karena muridnya akan ada dari masa - kemasa.

Sehingga guru bukanlah suatu bidang pekerjaan karena menurut saya pekerjaan itu sesuatu yang harus selesai dilakukan misalnya pagi dikerjakan sore harus selesai pengerjaannya tetapi tugas guru baru akan selesai jika umurnya telah habis. Setiap orang sebenarnya dapat menjadi guru karena untuk menjadi guru kita tidak harus duduk dibangku kuliah terlebih dahulu tetapi tidak semua orang dapat menjadi guru sejati dan guru yang sesungguhnya dilihat hakikat seorang guru.

Di “Hari Guru” ini mari kita kembali merenung apakah kita telah menjalankan fungsi kita sebagai guru sebagaimana hakikat seorang guru sejati dengan benar atau kita masih menganggap bahwa diri kita adalah seorang pekerja yang setiap bulan hanya menanti bertambahnya rupiah direkening kita.

Secara tidak kita sadari kemerosotan dan kemundurun yang terjadi disetiap aspek kehidupandinegeri ini salah satu penyebabnya adalah ketidak pahaman guru tentang tugasnya dalam mencerdaskan insan yang didiknya sehingga paham dan mengerti tentang eksistensinya sebagai manusia untuk menggunakan akal dan pemikiranya dengan maksimal agar dapat mencari setiap ilmu yang tersebar dan menggali setiap potensi yang ada.

Maka dari itu tugas gurulah yang harus menyadarkan insan didik tersebut untuk dapat menggunakan akalnya dengan maksimal, bukan malah menjadikan insan didik tersebut sebagai insan yang ikut-ikutan. Guru juga harus mampu menjadikan proses pembelajaran sebagai sebuah proses untuk menciptakan ide-ide positif dan kegiatan melakukan inovasi-inovasi baru terhadap sesuatu yang sudah ada bukan hanya sekedar mentransferkan ilmunya kepada insan didiknya.

Guru juga harus mampu menjadikan dirinya sebagai sebuah cerminan kebaikan terhadap kehidupan di sekitarnya, sehingga nantinya anak didiknya akan mengikuti kebaikan yang guru lakukan. Kita tentu ingat dengan kata-kata ini “Guru Kencing Berdiri Murid Kencing Berlari”, ini merupakan sebuah pesan bahwa apapun yang dilakukan guru, maka murid akan melakukannya dengan lebih baik atau lebih buruk. Jika guru melakukan kebaikan maka murid akan melakukanya dengan lebih baik tetapi jika guru melakukan keburukan maka murid akan melakukannya dengan lebih buruk.

Diabad ke-21 ini sering kita jumpai banyak sekali guru yang melaukan tindakan asusila dan tindakan tidak bermoral lainnya, jelas saja murid-murid di negeri ini sampai berani memvidiokan kegiatan asusilanya didalam kelas saat masih jam sekolah, siswa-siswa sekolah sering melakukan tauran antar sekolah dan pelajar. Lantas apa sebenarnya yang menjadi akar permasalahan sehingga semua kemunduran - kemunduran cara berpikir dan bertingkah laku tersebut terjadi.

Akar permasalahan yang menjadi penyebabnya menurut saya adalah karena orang-oranng yang berprofesi sebagai guru masih mengaggap bahwa dirinya adalah seorang bekerja, sehingga yang menjadi proiritas hanya menyelesaikan jam pelajaran untuk hari ini dan menanti bayaran untuk untuk setiap jam pekerjaan yang dilakukan. Akibatnya proses pembentukan karakter setiap peserta didik terlupakan dan tidak dilakukan.

Di abad ini ada program pemerintah yang sebenarnya bertujuan untuk meningkatkan kinerja guru sehingga dapat lebih profesional dan sadar secara penuh mengenai konsep keguruan dan hakikat seorang guru, tetapi yang terjadi perogram tersebut hanya dijadikan untuk mendapatkan sertifikat profesional sehingga bayaran untuk setiap jam pelajaran disekolah dapat meningkat.

Padahal dengan program ini seharusnya guru paham bagaimana seharusnya dia menjadi guru sejati tetapi yang terjadi dilapangan adalah kemampuan guru dalam mendidik dan mengajar itu tidak lebih baik dari sebelum guru-guru itu mengikuti program tersebut. Lantas apa lagi yang salah, hal ini lagi-lagi terjadi karena guru hari ini hanya memahami bahwa apa yang dialakukan adalah sebuah pekerjaan menunggu jam pelajaran berakhir dan setiap bulan menerima gaji, sehingga prioritas kita adalah bekerja.

Di awal tadi saya sampaikan bahwa guru bukanlah sebuah pekerjaan, hal inilah yang harus dipahami karena guru adalah pengabdian dan keikhlasan. Inilah mengapa guru selalu disebut dengan “Pahlawan Tanpa Tanda Jasa” karena yang dikatakan dengan pahlawan itu ialah yang melakukan segala sesuatu tanpa mengharap imbalan apa-apa, ini juga konsep awal pendidikan di Indonesia dengan menanamkan kepada setiap guru bahwa apa yang mereka lakukan adalah sebentuk pengabdian untuk mencerdaskan insan manusia Indonesia.

Jika guru paham dengan konsep tersebut maka tinggal dari dalam dirinya sendirilah yang harus dengan ikhlas memperioritaskan satu hal yaitu fokus mencerdaskan insan manusia tanpa setiap saat memikirkan gaji bulanan, itulah diawal tadi saya sampaikan bahwa setiap orang dapat menjadi guru tetapi pada dasarnya untuk menjadi guru sejati setiap orang tidak mampu.

Saya sering mendengar pernyataan dari guru-guru bahwa jadi guru itu tidak bisa kaya tetapi hanya pas-pasan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga sehari-hari. Jelas saja karena seperti yang saya sampaikan diawal tadi bahwa guru bukan pekerjaan tetapi sebentuk pengabdian dan untuk menjadi kaya kita harus bekerja. Dan selama guru masih mengganggap profesinya adalah pekerjaan maka tujuan pendidikan nasional sulit untuk diwujudkan.

Kepada pemerintah kita juga patut berterima kasih karena telah meningkatkan penghargaan kepada guru sebagai salah satu tonggak penting maju-mundurnya bangsa ini dan saya berharap agar penghargaan terhadap guru terus ditingkatkan dan perhatian terhadap dunia pendidikan lebih difokuskan. Kegiatan-kagiatan yang memberi pemahaman kepada guru mengenai hakikat sejatinya juga harus diperbanyak jika kita tidak ingin dunia pendidikan kita terus merosot kualitasnya karena jika pendidikan kita rusak maka bangsa ini juga akan rusak.

Selamat Hari Pahlawan Tanpa Tanda Jasa




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline