Lihat ke Halaman Asli

Resensi Buku Bibir Dalam Pispot

Diperbarui: 28 September 2022   18:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Judul Buku      : Bibir Dalam Pispot

Penulis             : Hamsad Rangkuti

Penerbit           : Kompas

Cetakan            : Cetakan 2, 2004

Tebal                 : xxiv + 174 halaman

ISBN                  : 979-709-064-7

Dalam buku ini tidak hanya menawarkan cerita-cerita pendek, bagian awal terdapat proses kreatif penulis. Hamsad membeberkan bagaimana cerpen-cerpennya lahir, darimana ide cerita dan mengolah cerita. Dan diakhiri dengan sebuah tulisan kritik sastra dari F. Rahardi mengenai batas antara fiksi dan kebohongan.

Hamsad Rangkuti adalah seorang pengarang atau cerpenis yang piawai mengolah cerita-cerita sederhana dengan kejeliannya atas pengamatan terhadap kehidupan dan gejala sosial disekitarnya. Dalam cerpen-cerpennya, seakan-akan Hamsad menyuruh kita untuk membuka mata lebar-lebar tentang realitas sosial yang terkadang luput dalam pandangan kita. Menurut Hamsad, ilham atau ide cerita tidak perlu dengan bersemedi mencari keheningan di gunung atau laut. Dengan mengamati sekitar-entah itu berbentuk penglihatan atau pendengaran-lalu diolah dengan imajinasi dan teknik-teknik tertentu akan menghasilkan cerita-cerita menarik.

Termasuk beberapa cerpen dalam buku ini, salah satunya ialah "Hukuman untuk Tom". Menurut pengakuan dari penulis, cerita itu lahir dari penglihatan selewat yang tak sengaja dari jendela sebuah bis. Dalam cerpen lain, ketika Hamsad sedang berada dalam perjalanan pulang dengan sebuah oplet, mendengar seorang  perempuan bercerita tentang penjambretan kalung. Dari cerita penumpang itu menghasilkan dua buah cerpen, "Perbuatan Sadis" dan " Pispot".

Bagiku cerpen Hamsad seolah-olah sedang merekam momen atau peristiwa, realitas-realitas yang terlihat dan terdengar itu bercampur dengan imajinasi-imajinasi dan lamunan-lamunan liarnya, yang akhirnya terlahir sebuah cerita baru namun tidak sampai menghilangkan nilai-nilai realis (keaslian). Dan juga, Hamsad selalu menaruh "sesuatu" dalam cerpen-cerpennya. Ia menyisipkan nuansa-nuansa lain, seperti satir, ironi, tragis, gairah, melarat, kenangan dan harapan. Hal-hal tersebut menjadi ruh yang mampu menghidupkan dan memberikan khas pada setiap cerpen Hamsad.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline