Lihat ke Halaman Asli

Halte dan Sisa Pembalut di Bulan

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

/Kau pernah jatuh cinta, Ciga?

//Sekali. Di bulan.

/Lalu senang?

//Sekali! Kau?

/Aku akan menikahi halte.

//Maksudmu?

/Dengan mengikatnya, cinta, aku, dan halte jadi tak terpisah. Bukan begitu?

//Sejatinya iya. Hanya saya ikatan kadang tak sebenarnya hebat.

/Jangan merayu sayu! Selera kalimatmu masih seunyu-unyu dahulu.

//Oh iya, ceritakan kisahmu!

/Kami bertemu dulu. Dua hari. Kami berangkat disana. Pun kita pulang bersama. Merasa senang. Aku mencium. Dia memeluk. besoknya dia kemudian hamil.Kata dokter, rinduku laki-laki.

//Secepat itu?

/Bingung juga. Mungkin pandangan pertamaku terjadi ketika masa subur. Dan oleh karena itu aku tidak bisa kabur. Atau mundur.

//Benar darah dagingmu?

/Emm,tak usah buru-buru cemburu. Bukahkan anak atau rindu itu sama? Berasal dari hasil jatuh suka. Sebuah simbiosis. Penyatuan yang unik, abstrak, dan apalah.

//Begitukah?

/Kau sendiri, akan ke bulan lagi, Tanta?

//Mungkin. Dalam waktu jauh. Itu juga kalau aku tak jenuh. Bulantempat paling teduh. Sayang disana tidak ada sapu. Rabu. Serta ragu-ragu.

/Mengapa kau tidak mencari bintang saja? Di udara bahkan laut, mereka merumahkan diri. Jadi kau tak perlu bersusah repot.

//Tapi Bulan itu istimewa. Bulat, artinya dia halus. Tidak seperti bintang yang runcing dan bertangan lima. Sementara bulan, Umurnya kelipatan empat belas. Seperti rindu yang merapat tak selalu saling membalas.

/Hati-hati lho! Kadang rindu adalah jalur patah hati paling keji kala kata luka lara.

//Lha kenapa?

/Orang bisa menciptakan hal luar biasa saat patah hati. Termasuk memetik rembulan. Dan orang tak perlu jalur janur melengkung untuk mencari dewasa ayu buat saling mempersunting.

//Apa iya bulan akan selingkuh? Meski dia cantik tapi dia setia kok!

/Bagaimana kau tahu dia perempuan?

//Aku pernah liat ia memakai pembalut di sasih kelima.

/Oh benarkah? Ciga, keningmu sepertinya panas.

//Tidak Tanta, kening kita. Mungkin terlalu larut dalam rata kata kiri kanan. Sementara klausamu terlalu lemah untuk menjamah ruang spasi.

/Sudah-sudah. Haltemu adalah subjek yang sulit teranalisa. Sementara rembulan menjadi keterangan tempat paling misterius. Mereka perdua tanpa predikat yang berasal dari kata kerja berawalan cinta berbentuk segitiga.

//Baiklah.Mari berjalan pulang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline