Lihat ke Halaman Asli

Moh. Haris Lesmana (Alesmana)

Alumni Konsentrasi Hukum Tata Negara FHUB

Pancasila sebagai Sintesis Agama dan Negara

Diperbarui: 15 Juli 2022   16:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kita ketahui bersama bahwa Pancasila adalah pembawa semangat penyatuan berbagai simpul aliran pemikiran. Pancasila adalah jati diri bangsa yang menunjukan watak dan kepribadian Indonesia sebagai masyarakat yang plural baik dari segi agama, budaya, adat istiadat, bahasa, maupun etnik. 

Indonesia adalah bangsa yang kaya akan warisan budaya. Terdapat deretan pulau dengan keanekaragaman sosial dan budayanya masing-masing. Dari Papua hingga Sumatera, hidup berbagai komunitas lokal dari berbagai ragam identitas sosial. Namun, yang membuat takjub, semua bisa menyatu dalam satu bangsa, yang oleh Ben Anderson dilukiskan sebagai komunitas terbayang yang membentuk suatu negara, yakni bangsa Indonesia.

Kehebatan Pancasila telah banyak diakui masyarakat dunia. Bertrand Russel, salah seorang filsuf tersohor asal Inggris pernah memuji Pancasila sebagai sintesis kreatif yang sangat luar biasa. Pernyataan tersebut dia sampaikan saat Soekarno memperkenalkan konsep Pancasila dalam pidatonya di PBB. 

Saat itu Bung Karno menyela pernyataan Russel yang mengatakan bahwa dunia terbelah (hanya) dalam dua kubu ideologi dunia, kubu yang satu condong pada Declaration of American Indepdence, dan kubu yang lain pada Manifesto Komunis.

Kemudian Bung Karno membantahnya secara tegas dengan pernyataannya yang memukau, "Maafkan Lord Russel. Saya kira Tuan melupakan adanya lebih daripada seribu juta rakyat, rakyat Asia dan Afrika, dan mungkin pula rakyat-rakyat Amerika Latin, yang tidak menganut ajaran Manifesto Komunis ataupun Declaration of Independence". Ia lalu melanjutkan:

Dari pengalaman kami sendiri dan dari sejarah kami sendiri tumbuhlah sesuatu yang lain, sesuatu yang jauh lebih sesuai, sesuati yang jauh lebih cocok... Sesuatu itu kami namakan Pancasila."

Mendengar pernyataan tegas dari Bung Karno, Russel pun mengatakan ide Pancasila sebagai suatu bentuk persenyawaan gagasan sebagaimana disebutkan yang sangat brilian. Pancasila tidak pernah membebek pada ideologi Kiri ataupun Kanan, yang pernah membelah dunia ke dalam dua blok: Barat (AS dan para pengikutnya)  dan Timur (Uni Soviet dan para pengikutnya). Indonesia secara ideologi, tepatnya mengambil jalan tengah antara mainstream Kiri dan Kanan yang diwakili oleh ideologi Liberalisme-Kapitalisme dan Komunisme-Sosialisme.

Dalam konteks ini Pancasila harus diletakan sebagai Weltanschauung yang hendak mengatasi paham golongan atau perseorangan. Dalam ideologi liberalisme, individu menjadi pusat perhatian. Sedangkan dalam komunisme penekanannya lebih pada kolektivisme. Dengan begitu, keduanya justru melahirkan polarisasi yang cukup tajam. Pancasila adalah sebuah negara yang meyakini adanya kekuatan Transenden (Tuhan). Inilah yang sekaligus membedakan kedua paham (Declaration of American Independence dan Manifesto Komunis). 

Ideologi Pancasila memiliki kualitas paripurna dalam mengatasi ketegangan dan krisis yang dialami oleh kedua olarisasi Kiri dan Kanan. 

Garis pembeda antara Pancasila dan kedua ideologi politik (Weltanschauung), terdapat pada nilai fundamennya, sementara Pancasila mengakui kehadiran dan peran agama dalam penyelenggaraan urusan negara atau politik, sosialisme maupun liberalisme memisahkan secara tegas ruang agama dan negara (sekulerisme ekstrem). 

Pancasila bukanlah ideologi sekuler murni, sebab ia tetap memperhitungkan agama sebagai basis nilai dalam memajukan sebuah bangsa dan negara. Sehingga, ciri tersebut membedakan Indonesia dari negara-negara sekuler lainnya yang menganut kedua prinsip (ideologi) politik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline