Lihat ke Halaman Asli

Pangestu Adika Putra

Pekerja Visual

Karena Bukan Pemilik Ladang, Seringkali Gagal Deal

Diperbarui: 17 November 2024   10:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi : Gambar Sendiri

Menyelami dunia kerja kreatif tanpa pendidikan formal di bidangnya selalu penuh liku-liku. Pengalaman bertahun-tahun saya sebagai pekerja visual, meskipun penuh dengan dedikasi tetap saja tidak selalu mulus. Salah satu hambatan besar yang sering saya hadapi adalah stigma terkait latar belakang pendidikan.

Bukan sekali dua kali, saya harus menelan pil pahit karena klien batal deal hanya karena saya bukan sarjana desain. Perjalanan ini memang tidak mudah, apalagi ketika bertemu dengan calon klien yang saklek dan memegang teguh bahwa pekerjaan ini harus dikerjakan oleh lulusan yang memiliki ijazah formal.

Beberapa kali saya harus berhadapan dengan klien yang lebih mempermasalahkan gelar daripada portofolio yang saya tawarkan.

Idealnya, kompetensi dan hasil kerja seharusnya menjadi tolok ukur utama. Namun, kenyataannya, ijazah masih menjadi standar penilaian yang dominan, terutama dalam lingkungan kerja yang formal dan birokratis.

Tantangan dari Klien Saklek
Salah satu pengalaman yang paling mengecewakan terjadi ketika saya sudah hampir deal dengan sebuah perusahaan besar di daerah Jambi. Perusahaan yang bergerak di bidang fashion dan terlihat sudah sangat tertarik dengan konsep yang saya tawarkan.

Semua akomodasi saya selama di Jambi seratus persen ditanggung oleh perusahaan tersebut, mulai dari tiket pesawat, penginapan, hingga konsumsi. Saya merasa sangat optimis dengan pertemuan ini.

Presentasi proposal penawaran saya berjalan lancar. Tim kreatif maupun jajaran direksi perusahaan tampak antusias dengan gagasan yang saya bawakan. Betapa saya sudah membayangkan kerja sama yang akan terjalin nanti.

Namun, seketika optimisme saya runtuh seiring masuknya sang direktur ke dalam ruang meeting kami dan mempertanyakan pendidikan formal saya. "Kalau boleh tahu, mas Dika lulusan mana, ya?" tanyanya dengan kening sedikit mengerut, yang menandakan keraguan.

Saya pun menjelaskan latar belakang saya, bahwa saya belajar secara mandiri alias otodidak dan memiliki pengalaman bertahun-tahun di bidang desain visual. Saya juga menunjukkan portofolio proyek-proyek sebelumnya yang bisa dibilang cukup sukses.

Tetapi, sayangnya, itu tidak cukup. Sang direktur bersikeras bahwa mereka hanya bekerja dengan profesional yang memiliki ijazah formal di bidang desain. Saya pulang dari Jambi dengan perasaan sedikit kecewa dan tentu frustasi.

Pengalaman dengan Lembaga Pemerintahan
Suatu kali, seorang teman yang bekerja di lembaga pemerintahan menghubungi saya. Mereka membutuhkan seorang profesional untuk pekerjaan besar-membuat Company Profile untuk beberapa perusahaan luar negeri yang berencana inverstasi ke Indonesia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline