Lihat ke Halaman Asli

pangeran toba hasibuan

jadilah seperti akar meski tidak terlihat, tetap tulus menguatkan batang dan menghidupi daun, bunga atau buah termasuk dirinya sendiri

Lumbung Pangan Indonesia

Diperbarui: 26 November 2021   16:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Apresiasi layak diberikan kepada pemerintahan sekarang yang sudah mencanangkan proyek lumbung pangan (food estate) menjadi salah satu agenda Program Strategis Nasional meskipun gagasan ini sudah pernah dilakukan pada era pemerintahan sebelumnya bahkan dahulu pemerintah punya rencana pembukaan sawah sejuta hektar, namun itu semua gagal dan tidak berjalan tanpa diketahui apa alasannya. 

Presiden Joko Widodo mengatakan bahwa pengembangan lumbung pangan sebagai perwujudkan ketahanan pangan dalam rangka menyiapkan cadangan logistik nasional dan apabila surplus dapat diekspor ke negara lain. Tentu pemerintah sudah melakukan kajian yang mendalam dari kegagalan proyek ini sebelumnya.

Pemerintah mencanangkan bahwa membuat lumbung pangan (food estate) selain sebagai salah satu program Pemulihan Ekonomi Nasional juga sebagai langkah mengantisipasi krisis akibat dampak pandemi Covid-19.

Program yang berbasis hortikultura dan korporasi petani ini akan mengintegrasikan usaha di on-farm dan off farm, dikerjakan oleh lintas kementerian, mulai dari kementerian pertanian, kementerian PUPR dan kementerian pertahanan sebagai kordinatornya ('leading sector').

Lokasi lumbung pangan tahap pertama yang sudah ditetapkan adalah di Kabupaten Pisang dan Kabupaten Kapuas di Kalimantan Tengah serta Kabupaten Humbang Hasundutan di Sumatera Utara. 

Secara bertahap nanti akan dikembangkan juga di wilayah lain seperti Papua dan Sumatera Selatan. Luas areal lumbung pangan di Kalimantan Tengah direncanakan 167 ribu ha dan areal yang dikelola Kementan seluas 20 ribu ha di Kabupaten Kapuas serta 10 ribu ha di Kabupaten Pisang. Saat ini penanaman telah mencapai 29.032 ha (96,7%) 

Mengingat proyek ini berskala nasional dan biaya yang dialokasikan sangat besar, sudah selayaknya masyarakat diberikan informasi yang lengkap sehingga mendapat pemahaman dan mengetahui apa manfaatnya. 

Rasanya komunikasi publik dari pemerintahan masih perlu diperbaiki agar lebih efektif. Banyak yang masih belum diketahui masyarakat misalnya, lumbung pangan ini nantinya ditanami apa saja? Selain padi tanaman apa lagi yang akan dikembangkan serta bagaimana target produksi pangan yang akan dihasilkan? 

Kapan dan berapa proyeksi panen yang akan dihasilkan dari lumbung pangan ini untuk masing-masing jenis tanaman? Apakah dengan adanya lumbung pangan ini kita tidak akan impor pangan lagi? Demikian beberapa pertanyaan yang timbul yang pada intinya adalah apa dan seberapa besar manfaatnya bagi masyarakat keseluruhan. 

Di samping itu kita bisa mencontoh dari negara tetangga kita, Thailand mereka mampu mengembangkan jenis tanaman yang hampir semuanya unggul dan mereka memiliki sentra-sentra produksi tanaman, misalnya kita mengenal jambu Bangkok, durian Bangkok, manga Bangkok dan lain-lain yang kesemuanya terkenal dan banyak dicari orang karena selain rasanya enak juga buahnya besar. 

 Mestinya kita juga bisa mengembangkan tanaman hortikultura unggul di lumbung pangan yang sedang dikerjakan ini. Sehingga sekaligus bisa menjadi daerah kunjungan wisata tidak hanya lokal tapi mencakup regional. Kita punya banyak sumber daya untuk itu, baik dari bidang akademisi maupun dari sisi bisnis.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline