Kebesaran Republik Indonesia lebih besar daripada apa yang diperbuat Malaysia, apapun itu. Baik dengan pancingan emosi berkali-kali : menggantung mati 2 anggota militer RI di masa lampau, merampok Sipadan dan Ligitan, upaya merebut Ambalat, penghinaan dan penyiksaan kepada para TKI/TKW, mengaku-aku warisan budaya Indonesia adalah asli milik mereka, pengiriman (sengaja?) gembong teroris Azahari dan Noordin Top ke Indonesia, apapun itu.
Kebesaran Republik Indonesia lebih besar daripada apapun yang telah diperbuat oleh kawanan (seperti dalam istilah kawanan perampok) birokrat pimpinan SBY. Segala kepandiran, pembiaran, dan ketidakpedulian mereka, apapun daftar panjang bentuk ketidakberpihakan mereka atas rakyat banyak tidak akan pernah membuat RI kecil.
Kebesaran Republik Indonesia lebih besar daripada segala pengkhianatan para anggota DPR-RI yang berdiam diri dan tidak bertindak efektif atas segala penderitaan kasat mata rakyat (salah satu contoh ledakan gas akibat mekanisme kacau sosialisasi dan pasokan elpiji 3 kg). Belum lagi upaya penggelembungan dana-dana bagi pundi-pundi mereka yang bersimbiosis dengan pihak eksekutif SBY menggerogoti uang kas negara dari hari ke hari. Layaknya SBY disebut sebagai Bapak Kesejahteraan DPR. Atau Bapak Elpiji 3 kg. DPR Terserakah. Sebutan yang akan terukir dalam sejarah RI.
Kebesaran Indonesia akan tetap terjaga di tangan generasi penerus yang Insya Allah lebih waras logika dan lebih mencintai rakyat. Nikmatilah masa-masa bersama para birokrat model SBY dan bawahannya, nikmatilah masa bersama para anggota DPR-RI yang rakus dan diam seribu basa atas ketidakadilan bagi rakyat. Sebentar lagi mereka semua berlalu, ada yang mati, ada yang menyesali merenungi, ada yang tetap tidak sadar. Paling-paling mereka nantinya hanya puas dalam sepetak tanah 1 x 2 meter di Taman Makam Pahlawan. Anakcucu mereka akan hidup dengan hina dalam hati kecil walau bergelimang harta. Sementara itu kebesaran Republik Indonesia tetap berlangsung.
Republik Indonesia yang luarbiasa, fisik membentang sama panjang dengan benua Eropa atau benua Australia. Seluas itu dianugerahkan hanya bagi 1 negara tercinta.
Rasa syukur ini jauh lebih luas daripada rasa jengkel dan marah karena gangguan dari mereka yang minder seperti Malaysia yang tidak punya akar budaya satupun. Akar budaya mereka adalah di Kerajaan di kepulauan Riau, bukan di semenanjung Malaya.
Malaysia Truly Asia adalah upaya memelas tetapi cerdas mereka akan keterbatasan sumber daya pariwisata. Mengaku-aku gamelan dan tari Bali sebagai milik Malaysia karena memang ada orang-orang Bali yang tinggal di sana dan jadi warganegara Malaysia. Hanya itu! Lalu mengundang gamelan Bali untuk mengajari mereka dan menyewa para seniman. Begitu saja. Jangan sekali-sekali membandingkan dengan kegiatan kesenian Bali yang ada di satu Kabupaten Gianyar saja. Jauuuuhhh. UNESCO PBB sudah menarik-narik dan mencalonkan kabupaten Gianyar sebagai salah satu warisan pusat kebudayaan penting di dunia. Ubud berkali-kali disebut oleh kalangan pariwisata bergengsi dunia Conde-Nast sebagai tempat tujuan terbaik di Asia, sedang Kuala Lumpur atau kota Malaysia lain tidak pernah sekalipun jadi 100 tempat tujuan mereka.
Malaysia Truly Asia adalah upaya menarik wisatawan yang pemula, awam, dan buta budaya, yang nama pulau Bali saja mereka tidak pernah dengar. Sedangkan mereka yang mengunjungi Indonesia adalah para wisatawan 'advanced', canggih terpelajar, bahkan sudah berkali-kali berkunjung. Mereka ini tidak akan termakan tipuan Malaysia. Kalaupun mereka sempat termakan tipuan itu, mereka tidak akan kembali lagi ke sana.
Tetapi upaya mengais-ngais dan memelihara mati-matian agar bisa menjual, promosi Malaysia Truly Asia tiap hari selama bertahun-tahun di CNN, dan upaya pelarangan penebangan hutan bahkan menghijaukan rawa-rawa atau bekas penebangan bolehlah kita tiru. Dalam hal itu memang Malaysia Boleh. Catatan terakhir kunjungan wisatawan ke sana 20 juta orang setahun (sebagian besar adalah wisatawan asal RI berkat promosi AirAsia), padahal penduduk mereka hanya 26 juta. Indonesia hanya dikunjungi 7 - 8 juta setahun. Dalam hal ini (birokrat) Indonesia masih memble.
Jadi, stop berseteruan soal-soal sensitif. Indonesia terlalu besar untuk soal-soal remeh temeh itu. Arogansi tentara Malaysia mungkin saja adalah hal yang merepotkan birokrasi pusat mereka. Tetapi yang pasti arogansi itu memang dibakar oleh ketidaktegasan dan memblenya SBY dan jajarannya. Jadi sebelum memarahi Malaysia, marahilah dulu SBY dan jajarannya, berani atau tidak ?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H