Lihat ke Halaman Asli

Siapa Mafia dan Mafioso Indonesia?

Diperbarui: 26 Juni 2015   17:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sebagai respons atas tulisan monumental Bpk Prayitno Ramelan tentang Mafia dan Mafioso Indonesia, sayangnya karena alasan-alasan tertentu tidaklah mungkin bagi beliau menyebut siapakah mereka-mereka itu. Tetapi Bpk Pray menyebut suatu contoh tentang tidak ributnya BLBI 600 trilyun tetapi satu negara bergetar 'hanya' karena 6,7 trilyun. Juga tumbangnya KPK ketika kisah pilu Antasari yang dikalahkan oleh mafia melalui makhluk bening (getah lendir?). Atau seorang Anggodo yang hanya ranting kecil mafia bisa menggetarkan satu negara. Tentang apabila CDC (capo dei capi) mulai menggerakkan telunjuknya. Atau tentang pemerintahan kita yang mungkin kalah dengan mereka atau di bawah pengaruh mereka.

Kehadiran mafia selalu erat dengan barang haram bagi masyarakat. Sebagai kaki tangan Iblis (Kekuatan Negatif di dunia ini), mafia selalu meracuni dan meracuni, sekali lagi meracuni masyarakat dengan racun jenis apapun yang mereka miliki.

Untuk mengetahui siapakah para mafia itu, siapakah pelindungnya, siapakah para rantingnya, tidaklah perlu jauh-jauh menerka-nerka siapakah sebenarnya mereka.  Mulailah dari racun itu.

Berbagai jenis racun yang ada di masyarakat mulai dari narkoba dan turunannya, perjudian, pelacuran/ perdagangan manusia, rokok, alkohol, pornografi/hiburan/ acara-acara media massa yang membodohkan adalah racun-racun utama. Siapapun penguasa tertinggi produk-produk racun itu adalah para CDC. Merekalah para mafia yang kemudian menguasai seluruh sendi-sendi suatu negara. Apapun tindakan, peristiwa, kehebohan, fenomena yang timbul dalam wilayah publik akan selalu mengarah pada upaya kelanggengan penyebaran racun-racun itu.

Segala aspek tidak terkecuali kasus Century, ujung-ujungnya adalah upaya pelanggengan penyebaran racun walaupun melalui jalan panjang berliku yang dimulai dari pemenangan suatu parpol tertentu. Metamorfosa menjadi apapun makhluk mafia ini, mau jadi rezim apapun, ada di dalam unsur-unsur manapun dalam bernegara, tetap saja tujuan utamanya adalah peredaran racun. Bahkan melibatkan jaringan dan dukungan internasional, karena bagaimanapun Indonesia adalah salah satu cabang distribusi mereka. Penangkapan atau pengungkapan suatu kasus apapun bisa jadi hanyalah ekses dari suatu penyimpangan cabang kecil yang membangkang, pihak lain yang tidak termasuk daftar perlindungan mereka, atau pengalihan atas operasional yang lebih besar wilayah ladang mereka sendiri.

Bagaimana mengatasinya? Para mafia? Yang lebih kuat dari pemerintahan? Yang bahkan kakitangan mereka adalah para penegak hukum(kepolisian, kejaksaan), bahkan KPK?

Tampaknya hanya satu, semuanya harus dimulai dari diri kita sendiri, melalui transformasi diri kita sendiri ketika melalui mulut, pikiran dan perbuatan kita menyatakan :TIDAK bagi racun-racun di atas. Tidak ada lagi suatu permisivitas sosial untuk hal-hal yang mendukung penyebaran racun-racun tersebut. Di mana-mana: iklan rokok untuk acara apapun dilarang, mengurangi acara-acara yang didanai sponsor besar industri rokok. Pemerintah jangan terima cukai rokok, alkohol, dsb. Masyarakat harus meneriakkannya.

Kompleks pelacuran terbesar se Asia Tenggara Dolly Surabaya merupakan penyumbang terbesar cukai alkohol melalui Bir Bintang dan segala jenis pemasukan bagi pembangunan bangsa ini. Pemerintah menghalalkannya. Negeri Islam terbesar di dunia adalah Indonesia. Sementara MUI (Majelis Ulama Indonesia) lebih sibuk ngurusi kongres gay dan menerima pemasukan dengan paksa dari kewenangan cap ijin halal atas segala jenis makanan. FPI menghancurkan hiburan malam yang tidak membayar 'pajak' kepada mereka.

Celakanya, bahkan NU yang gemar merokok, dalam Muktamarnya baru-baru ini memfatwakan halal bagi perkawinan gadis di bawah usia perkawinan UU negara dengan alasan sesuai kitab agamanya tentang lebih baik bagi gadis setelah (maaf) menstruasi pertamanya agar segera menikah (walau dengan alasan keluarga, bukan nafsu). Saat ini sudah jamak gadis kecil usia 9 tahun mengalami mens pertamanya. Mungkin pengaruh nikotin telah mempengaruhi kejernihan nalar mereka para ulama. Kita malu hati kepada almarhum Gus Dur. Semoga Tuhan mengampuni bangsa kita yang mayoritas beragama Islam ini.

Kelompok berkedok Islami (bahkan konon dengan dukungan mantan wapres) berebut lahan parkir plus penguasaan hiburan malam se Jakarta Raya dengan kelompok pendukung gubernur ahli busway waktu itu. Merekalah dua mafia besar Jakarta. Hasilnya: bagi-bagi wilayah! Tidak bagi kelompok ketiga.

Kemudian yang sedang berlangsung di Bali seperti puncak pertunjukan semua racun yang diamini oleh sebagian besar pihak di Bali dengan dalih: biarlah, mereka semua adalah tamu. Duitnya boleh kita terima, asal bisnis di Bali lancar semua. Supaya harga tanah semakin naik melambung dan upacara semakin hebat. Dan semakin banyak gadis Bali menjadi gadis-gadis Cafe.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline