Lihat ke Halaman Asli

Cinta Itu Apa? Apakah Luka termasuk Cinta?

Diperbarui: 31 Mei 2024   18:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Apakah itu cinta?  Itu adalah pertanyaan yang sifatnya irasional, bahkan cinta bisa melebihi hal-hal gila yang selama ini kita anggap masih dalam taraf normal. Konteks utama cinta adalah kepuasan rasa yang indah, tulus, baik, menyenangkan serta berbagai kata sifat lain yang merujuk pada kata perincian diatas. Cinta yang saya maksud adalah penerangan sifat dari manusia itu sendiri. Artinya cinta itu sendiri sudah menjadi sifat yang melekat pada diri manusia. Lalu bagaimana kalau cinta itu menyakitkan, apakah masih bisa kita sebut itu cinta? Sakit itu sendiri rasa yang kita anggap menimbulkan gejolak tidak menyenangkan dalam jiwa kita. Ada dua kemungkinan dalam cinta yaitu sakit dan bunga. Aristophanes dalam kisah fantastiknya tentang asal-usul cinta dalam Simposium Plato mengatakan, "Pada awalnya, manusia adalah androgini." 

Aristophanes adalah dramawan Yunani Kuno yang terkenal dengan karya-karyanya. Singkatnya cerita tersebut adalah pembagian cinta yang dulunya memiliki cerminan hingga akhirnya hanya memiliki satu cerminan, cerminan itu bisa jadi sama dengan rasa atau negasi dari rasa. Dari beberapa rangkaian kata diatas bahwa cinta tidak selamanya impian. Pengalaman itu bisa menjadi pelajaran bahwa segala sesuatu di dunia tidak ada yang pasti gak ada yang bisa dipegang (fana). Bahwa kita suatu saat akan mati (alegori) dan cinta itu bukan membuat kita hidup abadi, tetapi mensyukuri kefanaan.

Kenapa cinta melekat dalam diri?

Tidak ada yang bisa mendefinisikan arti pasti tentang cinta. Segala teori tidak mampu atau mungkin belum mampu untuk merangkai kata-kata tentang definisi cinta. Jika cinta itu bagian kata sifat ataupun bisa diwujudkan dalam keterangan, lalu kenapa cinta tidak mempunyai objek yang pasti. Berbeda dengan sifat manusia yang lain, cinta tidak selamanya muncul dan tidak selamanya juga mewujud. Ada sebuah pertanyaan tentang cinta khususnya dalam mitologi Yunani: Apakah cinta adalah obat untuk "luka" kita? Dari pertanyaan tersebut saya merujuk kembali dengan pertanyaan "lalu jika cinta menghasilkan luka, apakah masih disebut cinta?". Manusia pada dasarnya terluka dan rentan terhadap kebiasaan buruk, yang tampaknya sudah tertanam dalam sifat kita. Sifat dasar manusia itu sendiri mungkin serakah, manusia selalu bersikeras mencari kepuasan dalam hal-hal yang tidak dapat memberikan pemenuhan yang nyata atau langgeng.

Penutupnya bahwa jangan harapkan kesimpulan dari apa yang saya tulis, cinta itu turun dengan sendirinya, bahkan jika kita kecewa tetap saja butuh proses meminimalisirkannya. Sama halnya dengan hasil karya ini sendiri, secara tiba-tiba saja saya tulis, apa artinya ini juga cinta. Basicnya cinta itu universal yang secara kodrat melekat pada diri seseorang. Pengambilan makna cinta yang sifatnya subjektif tingkat atas menjadi penutup dari apa gejolak tentang rasa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline