Lihat ke Halaman Asli

Pandu Pradana Wahyudi

Sarjana Sains Teologi

Cucian Tetangga

Diperbarui: 20 Desember 2023   10:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: kompas.com

Alkisah, ada sepasang suami isteri muda yang menempati rumah di sebuah komplek perumahan. Pada suatu pagi mereka sarapan berdua di meja makan. Sambil menikmati sarapan, sang isteri menatap keluar melalui jendela kaca dan melihat tetangganya sedang menjemur pakaian. Lalu sang isteri berkata kepada suaminya, "Coba lihat tetangga kita tu, pa! Cuciannya kelihatan kurang bersih, ya. Kayaknya dia nggak tahu cara mencuci pakaian, deh. Atau sabunnya yang kurang bagus ya, pa?" Sang suami pun menoleh ke arahnya, tetapi hanya diam dan tidak memberi komentar apapun. Sejak hari itu setiap tetangganya menjemur pakaian, sang isteri selalu memberi komentar yang sama tentang cucian si tetangga yang kurang bersih.

Seminggu kemudian, di suatu pagi sang isteri heran melihat pakaian-pakaian yang dijemur tetangganya terlihat bersih dan cemerlang. Lalu sang isteri berkata kepada suaminya, "Lihat pa! Sepertinya tetangga kita sudah belajar cara mencuci pakaian dengan benar deh. Pagi ini cuciannya bersih banget. Apa mungkin dia melihat hasil cucianku yang selalu bersih banget ya pa? Lalu sang suami memegang tangan sang isteri dan menatap matanya sambil berkata, "mamaaa.... Papa hari ini bangun lebih pagi untuk membersihkan jendela kaca kita." Mendengar itu sang isteri terkejut dan sangat malu mendengar jawaban suaminya. Dia malu telah mencerca tetangganya yang selama ini tidak bersih dalam mencuci pakaian, padahal sebenarnya kaca jendelanya yang kotor.

Pesan apa yang bisa diambil dari kisah ini?

Apa yang kita lihat pada saat menilai orang lain tergantung pada kejernihan hati dan pikiran kita; lewat jendela mana kita memandangnya. Jika hati dan pikiran kita bersih, maka bersih pula perkataan dan perbuatan kita.

Bukankah kasus perundungan/bullying dan sikap intoleransi terhadap perbedaan agama, ras, suku, dan golongan tertentu yang terjadi di sekitar kita berawal dari hati dan pikiran yang tidak bersih? Tentu kasus-kasus tersebut berawal dari sudut pandang bahwa diri sendiri lebih baik dan lebih bersih daripada orang lain sehingga terciptalah perkataan dan perbuatan yang tidak baik, bahkan sangat merugikan orang lain.

Lalu, apakah kaca jendela kita sudah bersih hari ini?

Ingatlah bahwa seburuk apapun baju yang kita pakai tidak akan melukai orang lain. Tetapi hati dan pikiran yang kotor dapat melukai bahkan menghancurkan orang lain. Selayaknya menjaga kebersihan kaca jendela, mari kita jaga kebersihan hati dan pikiran kita agar tercipta Indonesia yang bebas dari kasus perundungan dan sikap intoleransi terhadap perbedaan agama, ras, suku, dan golongan. Dan tentunya Indonesia yang lebih damai dan sejahtera. Tuhan yang menuntun dan menolong kita kini dan selamanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline