Lihat ke Halaman Asli

Pandu Pratama Putra

Pegawai Negeri Sipil

Melihat Mbah Lewat Google Maps

Diperbarui: 15 April 2023   19:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Tinggal di Kalimantan dengan keluarga di Jawa adalah sebuah tantangan untuk dapat bertemu. Harga tiket tidaklah murah. Pesawat butuh modal setidaknya 3 juta untuk pulang-pergi Kalimantan--Jawa. Belum lagi persiapan yang tidak sebentar. Ditambah saat pandemi kala itu yang rasanya masih dapat kita ingat dan mengubah banyak kebiasaan. berkunjung ke rumah Mbah di kala lebaran adalah hal penuh tantangan dan tidak murah.

Mudik murah yang cenderung gratis meski rasanya tidaklah benar-benar mirip adalah memanfaatkan teknologi kita saat ini. Pertama kita bisa memanfaatkan teknologi telepon genggam yang dapat langsung menelpon dengan bertatap muka secara maya. Modal yang dikeluarkan tentu jauh-jauh lebih murah dari ketika tatap secara langsung. Memang benar saya tak bisa mencium tangan Mbah, namun setidaknya doa tetap dapat merangkul kami.

Ketika ingin mendapatkan pengalaman yang benar-benar mirip seperti mudik aslinya sebenarnya kita bisa memanfaatkan teknologi Google Maps yang bisa diakses secara gratis. Cobalah kita buat perjalanan maya.

Ambil titik awal dari bandara tempat yang ingin kita kunjungi. Contoh saja dalam hal ini Bandara Juanda Surabaya. Kemudian saya memasang titik tempat Mbah saya yang berada di daerah Magetan. Setelah titik muncul saat kita memanfaatkan Google Street. Mari kita geser dari titik bandara pelan-pelan menuju titik akhir tujuan.

Ini akan memakan proses yang lama. Tapi selayaknya perjalanan. Kita tak bisa mempersingkat perjalanan. Kita dapat menikmati pelan-pelan dan menyaksikan bagaimana kehidupan yang terpotret secara tidak sengaja oleh Google. Mungkin Anda bisa seberentung saya ketika tiba di titik rumah Mbah saya. Saya melihat Mbah laki-laki sedang duduk di atas kursi mengahadap jalanan dan Mbah perempuan sedang duduk di lantai sembari menampah beras. Wajah mereka memang diburamkan, tapi cukup mengobati kerinduan.

Tak sempurna memang seperti selayaknya bersalam secara langsung dan memohon maaf secara lisan. Tapi, keterbatasan selayaknya tidak mengahalangi kesempurnaan hari raya kita nanti. Lakukan semaksimal yang kita bisa namun jangan memaksa diri. Tuhan punya akhir yang baik untuk kita atas keterbatasan-keterbatasan yang kita miliki.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline