Tahun 2007 dan 2008 adalah tahun ketika saya merasa memiliki hiburan yang tepat setelah makan sahur, yaitu Para Pencari Tuhan Jilid 1 dan Para Pencari Tuhan Jilid 2. Memang, PPT (sebagai singkatan dari Para Pencari Tuhan) masih berjalan hingga tahun ini di jilid 16. Tapi jujur, saya sudah mulai meninggalkan PPT sejak jilid 3-nya. Ada beberapa alasan saya meninggalkan PPT sejak jilid ketiga sebelum akhirnya saya menyampaikan kelebihan serial ini untuk dinikmati saat bulan Ramadan atau bahkan tidak sedang Ramadan. Kebetulan dokumentasi serialnya berada lengkap di sebuah layanan streaming VIDIO yang dapat diakses dengan gratis.
Tahun 2007 dan 2008 adalah saat saya masih kelas 5 dan 6 SD. Tahun itu saya masih sangat akrab dengan tayangan televisi terutama komedi-komedi. Kebetulan, pemeran PPT Jilid 1 dan Jilid 2 saat itu diperankan oleh grup lawak Bajaj yang merupakan salah satu pemenang kompetisi lawak grup di salah satu stasiun televisi yang kompetisinya juga saya ikuti dari awal hingga akhir. Kedekatan itu yang membuat saya sangat antusias ketika mereka terlibat dalam serial PPT.
Sayangnya, kehadiran grup Bajaj mulai kurang dan pada akhirnya hilang sejak PPT jilid 3. Saat itu juga saya mulai memasuki fase sekolah jenjang SMP yang membuat saya tidak lagi tertarik meski pada awalnya masih cukup senang menyaksikan. Adapun hal lain yang membuat saya meninggalkan PPT sejak Jilid 3 adalah upaya untuk menengahkan soal percintaan antara Aya, Azzam, dan Kalila saat itu. Sedangkan unsur "Para Pencari Tuhan"nya mulai berkurang. Saya tidak tahu bagaimana formulanya sekarang, tapi sejak saya tinggalkan saya tidak pernah kembali menonton tayangan ini.
KELEBIHAN PPT JILID 1 dan 2
Harus saya akui bahwa Deddy Mizwar sebagai produser kala itu menggarap serial ini dengan baik. Kita semua tahu bahwa serial Lorong Waktu sangat berhasil di Zamannya. Pesan dan nasihat tersampaikan dengan baik lewat adegan-adegan di zaman-zaman yang Haji Husin dan Zidan kunjungi di lorong waktu.
Saya merasa formula penyampaian pesan pada Lorong Waktu digunakan kembali pada PPT Jilid 1 dan Jilid 2. Pesan dan nasihat tersampaikan dengan baik pada tiap episodenya. Ketidaktahuan tiga orang yang baru keluar penjara tentang Islam, yaitu Juki (si tukang copet yang diusir mamaknya, Barong (si Curanmor yang diusir bosnya), serta Chelsea (si Penjual narkoba yang ditinggal istrinya nikah lagi dengan polisi yang menangkap dia kala itu) membuat pesan dan nasihat tersampaikan sangat halus lewat perantara mereka bertiga. Posisi mereka bertiga ini juga membuat serialnya tidak terkesan menggurui. Bayangkan saja saat itu saya masih kelas 5 dan 6 SD. Banyak hal baik saya terima dari serial ini kala itu yang mungkin masih melekat hingga sekarang.
Adapun hal lain yang membuat serial ini sangat saya gemari adalah porsi komedi yang kuat dan pas. Bajaj sebagai grup lawak yang sudah pasti memiliki ikatan personal yang kuat dalam tek-tokan dimanfaatkan dengan baik pada serial ini. Mereka terlihat benar saling melengkapi satu dengan lain selayaknya kawan yang memang sudah lima tahun satu tahanan.
Berbagai macam situasi komedi dibangun dari ketidaktahuan ketiga narapidana tersebut yang sebenarnya terjebak di Musala dengan seorang marbot bernama Bang Jack. Ketidakadaannya tempat tinggal membuat mereka terpaksa tinggal di Musala itu dan belajar agama bersama.
Situasi komedi lain juga terbangun dari kemiskinan Asrul dan kekocakan satpan Udin. Banyak situasi dramatis kemiskinan Asrul yang bahkan dibalut secara komedi pada serial ini. Satu scene komedi yang masih teringat di benak saya sampai sekarang adalah ketika Asrul yang belum makan sama sekali tiba-tiba lewat di depan Musala atau rumah (saya lupa karena tidak ngecek lagi serianya) dan pura-pura batuk namun sembari mengucapkan "Lapar."