Pertanian yang mata pencahariannya bertumpu pada pertanian dan sawah telah memberikan dampak yang luar biasa terhadap evolusi manusia dan perkembangan peradaban. Peralihan dari gaya hidup pemburu-pengumpul ke masyarakat agraris tidak hanya memenuhi kebutuhan pangan tetapi juga menjadi landasan kehidupan manusia purba.
Masyarakat awal mengandalkan perburuan dan pengumpulan sebagai sumber makanan. Namun, peningkatan pemahaman tentang tumbuhan dan hewan membuka jalan bagi revolusi pertanian. Hal ini terjadi sekitar 10.000 hingga 12.000 tahun yang lalu di banyak belahan dunia, mengubah cara manusia hidup dan berinteraksi dengan lingkungannya.
Aspek penting dalam penghidupan di bidang pertanian dan sawah adalah pemahaman menyeluruh tentang tanaman dan tanah. Lokasi yang dipilih untuk bertani harus sesuai dan memahami siklus bertani adalah kunci keberhasilannya. Rotasi tanaman dan penggunaan teknik irigasi menunjukkan kearifan manusia purba dalam memelihara dan memaksimalkan hasil dari tanah subur.
Peralatan pertanian merupakan tanda peradaban manusia purba. Manusia zaman dahulu menggunakan alat pertanian sederhana, seperti cangkul, sabit, dan bajak, yang terbuat dari kayu dan logam primitif.
Awalnya hanya menggunakan alat sederhana seperti cangkul dan arit, masyarakat terus mengembangkan alat yang lebih kompleks seperti arit, bajak dan alat pertanian.
Seperti terlihat pada gambar, banyak alat-alat yang digunakan untuk manusia bertani sebagai mata pencahariannya. Diantaranya ada Etem, Timba Pring, Aseuk, Kolotok, Parang, Cangkul, Kored, Congkarang, dan lain sebagainya. Seiring berjalannya waktu, manusia semakin berevolusi, alat untuk bertani pun juga semakin berkembang, dampaknya pekerjaan manusia menjadi lebih efisien.
Cangkul digunakan untuk menggali tanah, sabit untuk memotong tanaman, dan bajak untuk membajak lahan. Mereka juga menggunakan alat penanam yang sederhana, seperti tongkat atau cangkul modifikasi, serta geladak atau gerabah untuk menyimpan hasil pertanian.
Alat-alat ini mencerminkan kreativitas manusia dalam memanfaatkan sumber daya alam untuk membangun dasar pertanian yang esensial dalam peradaban mereka.. Inovasi-inovasi ini meningkatkan efisiensi pertanian dan memungkinkan manusia memproduksi lebih banyak dengan sedikit usaha.
Pertanian tidak hanya mengubah cara makan masyarakat tetapi juga menciptakan masyarakat agraris. Manusia mulai menetap di sekitar ladang atau sawahnya, membentuk desa dan koloni. Ini adalah awal dari pemukiman permanen yang membawa pembangunan ekonomi, sosial dan budaya yang lebih kompleks.
Perdagangan adalah hasil alami dari pertanian, yang menghubungkan komunitas petani dengan dunia luar. Masyarakat zaman dahulu memperdagangkan produk pertanian mereka dengan barang dari daerah lain, sehingga membentuk jaringan perdagangan yang berkembang dan membawa kemakmuran bagi wilayah tersebut.
Tantangan seperti musim kemarau, serangan hama dan penyakit tanaman mendorong manusia purba untuk berinovasi. Mereka mengembangkan sistem irigasi yang lebih efisien, melakukan pemuliaan tanaman untuk meningkatkan ketahanan pangan, dan mengembangkan teknik pengawetan pangan untuk mengatasi masalah kekurangan pangan.