Lihat ke Halaman Asli

Pandu Irawan

Milik bersama

Pergi dan Tak Ada Lagi

Diperbarui: 4 April 2019   02:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kau hujami ku dengan seribu kata yang tak singkat tuk dimengerti, aku membacanya, mengeja kata demi kata hingga dahi mengerut

Kata mu sajak terperih; kita jauh berbeda, kini. Ku tangkap inti suratmu yang ingin menyudahi semua

Tapi serbuk amore telah kau hirup sedemikian banyak hingga buat mu ragu tuk pergi 

Kita terlalu paradox; tak bisa tinggal namun harus usai. Aku memaksa tuk mengerti mesti sulit, kata itu penuh dengan intrik

Lalu ku coba balas menggunakan tinta perih berwarna hitam pekat

Berisikan ragam tanya perihal perbedaan yang dulu kau amini tapi kini sangat kau haramkan ada

Dan pertanyaan lain yang menyangkut pengkhianatan keji pada hati yang selalu menunggu kata romantis kala hujan malam hari datang

Pergilah... Aku akan memaksa hati ini tuk terbiasa, dan tak akan lagi menagih senyumu yang selalu ingin ku temui setiap malam minggu

Pergilah... Aku tak akan mengamini keberadaan yang dipaksakan, walau ku tahu wangi hujan terlalu ganas mengingatkan semua manis kata-kata mu

Pergilah... Dan tak ada lagi, kita. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline