Lihat ke Halaman Asli

Negeri Pekuliarti (Part 2)

Diperbarui: 26 Juni 2015   04:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Mataku tertuju pada lingkungan sekelilingku, orang-orang berlalu lalang dengan mata penuh tujuan, beberapa anak muda membawa paperbag berwarna merah dan hitam saling bercengkrama. Dan aku masih terduduk dengan segelas cappuccino di tanganku. Suhu di luar begitu dingin dan kendaraan ini melaju melewati gedung-gedung tinggi dan hiruk-pikuk orang-orang dengan mata-mata tajam penuh tujuan. Ku hangatkan diriku dengan cappuccino hangat yang masuk ke dalam tenggorokkanku dan ku rebahkan tubuhku sejenak.

Aku tetap terdiam dalam ruang sunyi dengan laki-laki berpakaian rapi dengan kaca mata hitam dan rambut dengan potongan eksekutif. Aku tidak mau membuat segalanya menjadi begitu ricuh sejak kejadian tadi pagi.

Cuaca cukup dingin hari ini, hingga mantel tebal dengan bulu-bulu halus di bagian capuchon-nya tidak cukup mampu membuatku hangat. Langit dipenuhi warna putih keabuan hingga cahaya matahari tak mampu menembus tebalnya awan putih. Kristal es yang menyelimuti sebagian kaca membuat penglihatan dari dalam kendaraan hitam ini menjadi tampak kabur. Kehawatiranku semakin menjadi-jadi, entah akan dibawa kemana aku ini.

Tak lama kendaraan hitam ini berbelok. “kita sudah sampai, dan anda akan saya jemput pukul 15.00” ujar lelaki berpakaian rapi dengan kaca mata hitam yang sejak tadi menemaniku.

“oh, ya” jawabku singkat.

Aku bergegas membawa tas berwarna merah yang sejak tadi berada di sampingku dan keluar dari kendaraan hitam ini. Gedung di depanku membuatku cukup terperangah kebingungan. Bangunan dengan bentuk menjulang tinggi dan cukup luas. Bebatuan kotak merah tersusun rapi membentuk bangunan yang megah ini. Beberapa kendaraan ada yang cukup pendek dengan dua orang di dalamnya melintas dihadapanku. Beberapa kendaraan lainnya terparkir rapi di hadapanku. Aku semakin bingung, dimana aku sekarang.

Aku berjalan menuju bangunan tersebut dan tiba-tiba sesosok laki-laki merangkulku dari belakang “hey, Angela bagaimana kabarmu hari ini?”.

Aku yang cukup kaget menjawab “ya, aku baik” dan entah apakah laki-laki ini melihat wajah pucatku karena kaget.

“sepertinya hari ini akan cukup melelahkan, bagaimana sarapanmu?” ujar laki-laki yang mengenalku namun mengapa aku tidak mengenalnya.

“oh, sandwich dan cappucino” jawabku singkat.

Dia berkata “aha, nampaknya tidurmu kurang” dan tanpa penjelasan panjang laki-laki tadi menarikku masuk ke dalam ruangan yang cukup ramai, dengan beberapa orang bercanda-canda.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline