Lihat ke Halaman Asli

Semua Orang Takut Kejujuran!

Diperbarui: 14 September 2024   19:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Banyak sekali kita menemukan intrik-intrik serta silat lidah tertentu dalam menutupi sebuah fakta yang terjadi. Dimulai dari kebohongan kecil hingga framing publik dalam menutupi sebuah fakta. Semua orang dianggap tidak layak dalam menerima fakta yang terjadi, dan semua orang terbiasa hidup dalam kebohongan. Sejak kecil, kita dibiasakan dan diajarkan untuk berbohong walaupun orang disekitar kita tidak sadar. 

Dimulai dari menutupi kesalahan orang lain, hingga membelokan fakta yang terjadi, dan kita tidak mempermasalahkan hal tersebut. Kini, apakah kita sadar bahwa banyak orang yang takut untuk menerima fakta, takut untuk sadar akan keadaan, hingga tidak peka dalam kehidupan sosial kita sebagai manusia.

Be curious dont judgemental

Pernah mendengar quote tersebut? sifat dan sikap menghakimi yang selalu berada dalam diri masing-masing memudarkan rasa ingin tahu dan rasa penasaran kita dalam setiap fenomena yang terjadi. Kita selalu menghakimi tanpa tahu fakta yang terjadi atas kejujuran asli dari sebuah fenomena. 

Apabila kita dianggap banyak bertanya dan selalu mempertanyakan, sering kali kita dianggap langsung dihakimi dan dianggap tidak sopan. Namun nyatanya hal tersebut merupakan sebuah ketakutan bahwa kita akan mengetahui fakta yang asli dari sebuah fenomena. Rasa ingin tahu kita sudah dibungkam sejak kita di sekolah. Kita dianggap bodoh apabila selalu bertanya, kita dianggap bodoh apabila banyak bertanya, lalu kita dianggap tidak mengerti. 

Beranjak dewasa, disaat kita ingin mencari jati diri, kita mempertanyakan eksistensi Tuhan, religi, agama, dan ritus, lalu kita mulai bertanya dan dianggap tidak sopan bahkan dianggap tidak beragama dan kafir. Banyak pemuka-pemuka dan tokoh yang meyatakan tidak boleh mempertanyakan KeTuhanan dan ritus yang dilakukan sementara kita dipaksa untuk percaya tanpa tahu esensi asli dari yang kita lakukan. Berulang-ulang dan selalu ditanamkan. 

Dalam adab dan adat ketimuran, apapun sukunya dan bahasanya, kita diajarkan untuk selalu berbaik hati, dan sebuah kevokalan dianggap tidak sopan dan tidak bermartabat. Kenapa hal tersebut terjadi? dimulai dari kata "hormat". Hormat / respect merupakan arti yang sangat luas apabila kita kulik. Mungkin dari gestur tubuh, mimik wajah, dan bahasa yang digunakan menunjukan bagaimana kita menghormati orang lain. 

Namun, batasan tersebut kini sudah tidak terlihat dimana apabila kita vokal terhadap sesuatu kesalahan dan berusaha mengatakan sebuah kejujuran, akan menjadi bumerang bagi kita karena dianggap tidak sopan dan hormat kepada orang tersebut. Terlebih kepada orang yang gila akan kekuasaan dan gila akan penghormatan. Orang-orang tersebut menyangkal akal dan pikirannya untuk mengetahui dan sadar akan sebuah fakta. 

Disaat kita ingin untuk memberi tahu fakta yang terjadi, orang tersebut akan denial ataupun marah akibat fakta tersebut. Tidak hanya masyarakat sipil biasa, bahkan hal tersebut terjadi di kalangan politisi, pejabat publik, dan orang-orang yang berada di ruang publik. Kebohongan-kebohongan yang ditujuakn kepada publik secara terus menerus diberikan dengan tujuan menguasai opini publik untuk kepentingan pribadi. 

Satu hal yang saya sadar bahwa, banyak orang menggunakan sarana agama sebagai media untuk kebohongan. Terkadang, pemikiran-pemikiran yang irasional dan mengandung kegagalan logika disebar luaskan kepada orang lain dan mendorong untuk percaya. Hal tersebut terkadang didorong oleh sugesti dan efek plasebo yang mendorong kebohongan tersebut. Sementara, orang-orang banyak yang takut akan kejujuran serta fakta apa adanya. 

Sehingga banyak orang yang membohongi dirinya sendiri untuk percaya kepada kebohongan tersebut. Sangat ironi dimana manusia saat ini tidak dapat berpikir secara logis terkait sebuah fenomena yang terjadi. Orang-orang menggunakan kebohongan tersebut sebagai sesuatu yang dapat menenangkan hatinya serta pikirannya namun nyatanya mendorong mereka kepada jurang terdalam dalam kegagalan berpikir secara rasional. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline