Membaca tulisan ini saya teringat akan cerita seorang pencari Tuhan. Ketika dia mendengar kabar akan Tuhan yang telah menyediakan berlimpah kenikmatan hati sang pencari Tuhan pun berbunga-bunga. Kemudian sang pencari Tuhan berteriak-teriak kegirangan katanya, "Wahai saudara-saudaraku yang malang dengarkan berita gembira ini. Adalah Tuhanku telah menyediakan berjuta kenikmatan untukku. Tidak seperti kalian yang bernasib malang. Kalian akan dilaknati Tuhanku sebab Tuhanku hanya menediakan semua kenikmatan itu untuk aku."
Setelah berkata demikian sang pencari Tuhan bejalan sembari bersiul kegirangan mengabarkan berita keselamatan dirinya di sepanjang jalan dan dilorong-lorong kota.
selanjutnya sang pencari Tuhan mengarahkan langkah kakinya menuju sang Tuhan. Dalam kisah ini sang Tuhan bersemayam di puncak gunung. Dan sampai di kaki gunung sang pencari Tuhan melihat ada orang lain dari sisi kiri dan kanan kaki gunung. Rupanya mereka juga sedang berjalan menuju tempat bersemayamnya Tuhan.
Sang pencari Tuhan berteriak lantang, "Wahai saudaraku mengapa kalian mengarahkan langkah kaki menuju Tuhanku? Bukankah kalian adalah orang-orang malang yang tidak memiliki harapan untuk sekedar memperoleh remah-remah kenikmatan Tuhanku? Tuhanku hanya untuk dan bukan untukmu."
Dari sebelah kanan kaki gunung terdengar sahutan, "Tuhan adalah milik kami, kamu bukan milik Tuhan."
Sang pencari Tuhan marah tersinggung karena disebut sebagai orang yang tidak ber-Tuhan. Dengan wajah geram dia mempercepat langkah. Dia semakin bergegas, ingin rasanya sebagai orang pertama menemui sang Junjungan, bukan kedua orang lain itu.
Di lereng gunung sang pencari Tuhan tertegun melihat begitu banyak orang yang berbondong-bondong berjalan menuju singgasana Tuhan.
Sang pencari Tuhan tertunduk malu, dia sadar jika dirinya hanyalah adalah satu dari jutaan manusia yang menelusuri jalan Tuhan. Kesombongannya luruh. Anggapanya selama ini bahwa hanya dirinya yang mendapat jaminan jenikmatan Tuhan adalah keliru. Maka dengan langkah malu-malu dia berjalan beriringan dengan saudara-saudara yang berasal dari jalan lain menuju kenikmatan singgasana sang Tuhan.
Sikap sang pencari Tuhan pun menjadi semakin akrab dengan saudara-saudara lain, sebab mereka semua adalah para pencari kenimatan Tuhan.
(Salam Damai)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H