Tahun berganti, resolusi baru tersusun dengan segala harapan baik di awal tahun ini, 2020 seakan tahun yang dinantikan dengan angkanya yang begitu cantik. Pelajar hingga mahasiswa tingkat akhir sudah mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian kelulusan, pekerja menata visi untuk promosi, hingga sepasang kekasih yang bersiap untuk melaksanakan pelaminan.
Namun semua rencana dan harapan hebat itu pupus ketika virus ini muncul. Pada tanggal 11 Januari 2020 otoritas kesehatan China mengumumkan kasus virus baru yang melanda negaranya dengan total kasus positif virus 44 orang.
Virus ini bernama Novel Corona (n-COV 19), banyak orang yang belum sadar betapa bahayanya virus ini, bahkan menganggap bahwa virus yang baru muncul ini hanya kategori flue biasa. Sampai ketika, Wuhan daerah pertama munculnya virus ini melakukan Lockdown.
Dunia tersentak dengan laporan yang terjadi di kota Wuhan, pasien bertambah begitu cepat, tenaga medis mulai kewalahan.
Tidak sampai disitu, ternyata virus ini mulai menyebar ke negara lain seperti Korea, Jepang, dan Italia. Bagaimana sebuah virus bisa pergi begitu jauh sampai ke luar negeri? Penyebaran virus ini berasal dari orang yang terindikasi menderita virus n-COV 19 atau sekarang yang sudah kita sebut menjadi virus corona (COVID-19). WHO menyampaikan bahwa penyebaran terjadi, melalui cairan yang keluar dari tubuh manusia seperti tetesan air liur dari mulut atau hidung ketika orang yang terinfeksi corona batuk dan bersin.
Selain itu benda-benda yang terkena percikan air tersebut juga menjadi salah satu media penyebaran virus corona. Kasus yang lebih berbahaya yaitu penyebaran dari orang tanpa gejala (OTG) yang ada disekitar kita, di mana mereka terifenksi namun tidak sadar karena tidak adanya gejala yang timbul, sehingga masih bisa beraktivitas di luar rumah serta bertemu dengan banyak orang.
Keadaan Indonesia saat inipun mengkhawatirkan, dengan ditemukannya kasus pasien pertama yang tertular dari warga negara Jepang, kasus lainnya mulai bermunculan dan jumlah kasus pasien positif corona mengalami lonjakan yang cukup banyak. Hingga saat ini 9 Mei sudah mencapai angka 13.645 positif, 2.607 sembuh, dan 959 meninggal. Lalu apakah kita terus berdiam diri dan menunggu orang lain bertindak untuk mencegah virus ini? Semua orang bisa mencegah virus ini berkembang dengan menjaga kebersihan seperti cuci tangan setelah keluar rumah, menutup mulut ketika batuk dan bersin, memakai masker kain, makan makanan yang sehat, serta menjaga imunitas tubuh dengan berolahraga.
Pemerintah sendiri sudah memberikan himbauan untuk menghindari adanya sebuah pertemuan-pertemuan yang tidak terlalu penting terutama dengan banyaknya orang disatu tempat. Work from Home juga diberlakukan untuk para pekerja, pelajar dan para jamaah mulai beribadah di rumah atau stay at home. Bahkan aturan PSBB mulai dilakukan di wilayah Jakarta dan daerah lain.
Ketika PSBB diberlakukan semua tingkatan di masyarakat mulai bersiap untuk melawan virus ini berkembang menjadi lebih besar, dimulai dari tingkat RT/RW yang melakukan karantina mandiri.
Semua portal di gang dan jalan-jalan mulai ditutup dengan ketentuan tidak ada yang boleh keluar masuk kecuali warga setempat, ojek online mulai tidak bisa membawa penumpang, mobil pribadi di beri jarak untuk penumpang, bahkan angkot terlihat sangat sepi penumpang.
Tidak sampai disitu fasilitas umum yang dapat memberikan kesempatan orang dapat berkerumun semua itu ditutup seperti Mall, Cafe, dan perpusatakaan. Kita seakan seperti seekor burung yang berada di dalam sangkar, sungguh sangat menguji mental karena setiap harinya melakukan kegiatan ditempat yang sama secara berulang-ulang.