Lihat ke Halaman Asli

Panca Nur Ilahi

Penulis Rebahan

Pilihan Dalam Persimpangan Jalan

Diperbarui: 4 Februari 2020   16:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Mungkin situasi ini belum kamu alami, pernah kamu alami, atau baru saja kamu lalui. Pernah kah kamu merasa sangat bingung akan dirimu sendiri? Dilema yang mendalam terus mengusik hari-hari mu. Memikirkan akan kehidupan dimasa yang akan datang seakan menyesakkan dada, bahkan menggagu pikiran dalam menjalankan aktivitas yang sedang kita jalani sekarang. Hal ini sebuah beban yang harus kamu tanggung sendiri dalam kehidupan  mu, ya, begitulah memang kehidupan. Kamu harus menjadi seseorang yang baik-baik saja di depan orang lain walaupun itu palsu.

Munculnya sebuah perasaan takut, kesepian, hampa, kecewa, hingga gelisah merupakan perasaan yang wajar dirasakan setiap manusia. Terutama manusia yang memasuki masa dewasa, mereka harus bisa mengngontrol itu semua untuk tidak terlalu ditunjukan dihadapan orang lain, agar tidak muncul perspektif bahwa kamu adalah manusia yang kekanak-kanakan.

Lalu apakah sebagai manusia yang dewasa tidak bisa mengekpresikan perasaan yang sedang dirasakan kepada dunia? Tentunya pertanyaan itu sangat mudah dijawab "ya, manusia yang sudah dewasa tentu bisa mengekspresikan perasaan mereka, dengan cara yang lebih bijaksana". Semua yang dirasakan menjadi sebuah bagian dari menemukan makna kehidupan.

Viktor Frankl, seorang psikiatris yang mengalami penderitaan berada dalan kamp konsentrasi yang dikuasai serdadu Nazi pada masa perang dunia II, menyaksikan betapa para tahanan (yang menderita karena kerja paksa, siksaan-siksaan, dan ancaman kematian setiap saat), tidak dapat bertahan karena tak menemukan makna dari hidup mereka yang menderita (Widyarini, 2009: 81).

Situasi tersebut menjadi suatu tanda bahwa penderitaan yang dialami baik secara fisik maupun psikis merupakan siksaan yang sulit dalam menemukan makna kehidupan yang akan diambil, agar bisa meneruskan masa depan mereka sebagai seorang manusia.

Lalu jalan mana yang bisa diambil untuk menemukan makna hidup, Nilam Widyarini (2009)  dalam buku Kunci Pengembangan Diri menjelaskan bahwa logoterapi mengajarkan ada tiga jalan yang dapat ditempuh seseorang untuk menemukan makna hidup yaitu :

Pertama, melalui karya atau tindakan (yang didedikasikan bukan hanya untuk diri sendiri).

Kedua, melalui pengalaman atau mengenai seseorang, dalam cinta.

Ketiga, yang terpenting, dengan mengubah diri sendiri : mengubah tragedi menjadi kemenangan. Mengenai langkah ketiga, hal ini berhubungan dengan optimisme bahwa hidup punya potensi untuk memiliki makna, apa pun kondisinya bahkan dalam kondisi yang paling menyedihkan sekalipun. 

Penjelasan tersebut seakan hanya sebuah teori bagi mahasiswa di sebuah kelas psikologi,namun teori tersebut sangat sering ditemukan didunia nyata karena setiap orang mengalami persoalan yang berbeda-beda dalam hidup mereka, bahkan mereka bingung jalan keluar dari masalah mereka. Banyak yang berpikir untuk mengambil  jalan  suicide atau bunuh diri sebagai alternative terbaik untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Banyak yang memilih untuk kembali kepada agama yang mereka anut, agar mendapat sebuah ketenangan dan petunjuk dalam hidup mereka. Jalan mana yang akan diambil setiap orang merupakan hak mereka baik itu jalan negative atau positif karena mereka sendiri yang akan merasakan dampaknya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline