Lihat ke Halaman Asli

Sugi Siswiyanti

blogger lifestyle, content writer, writer

Balada SONE Sang @pejuang_sedekah

Diperbarui: 24 Juni 2015   07:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Adalah seorang gadis belia yang menyebut dirinya pejuang sedekah. Ia kumpulkan dana dari para dermawan untuk bayi-bayi malang penderita hydrocephallus. Alih-alih menyerahkan sedekah yang terkumpul, dana itu malah digunakannya untuk membeli tiket konser SNSD.

Sementara  Julio, salah satu bayi malang yang sudah ‘membantu’  gadis itu menonton konser SNSD hanya bisa tergolek lemah di ranjangnya. Foto-foto dan videonya yang wara-wiri di media sosial berhasil menginspirasi gadis itu untuk mendukung aksinya.  Namun, tak ada bangkai yang tak tercium, begitu pula aksi sedekah hitam si gadis dari Sulawesi Selatan ini.

Akhirnya, tabir pun terbuka lebar.  Si gadis dipaksa membuka kedoknya. Ia pun mengaku, meminta maaf, dan harus berurusan dengan polisi.  Orangtua si gadis pun meminta anaknya bertanggung jawab atas kelalaian fatalnya. Relawan yang mendampinginya tak hanya mensupport gadis ini untuk berani bertanggung jawab, tetapi juga terus menerus mengingatkannya mengganti uang sebesar 10 juta hasil pengumpulan sedekah yang sudah terpakai untuk menonton konser dan membeli tiket pesawat Makassar-Jakarta PP.

Klinik Rahayu, tempat Julio dirawat sejak Julio pulang dari RS Panti Rapih Yogyakarta,  sempat kaget dengan gerakan pejuang sedekah ini. Bidan Yayu, pemilik klinik Rahayu, tidak pernah dikonfirmasi mengenai gerakan sedekah ini. Bidan Yayu pun mencari tahu siapakah si pejuang sedekah? Usut punya usut ternyata ia seorang mahasiswi di Sulawesi Selatan yang sangat menggandrungi SNSD.

Masalah sudah mendingin sekarang. Meskipun uang yang terpakai belum bisa dikembalikan semua, gadis ini sudah mulai mencicil “hutangnya pada Julio” sebesar 1 juta. Semua pihak berharap ia konsisten mencicil supaya hak Julio kembali.

“Bersenang-senang dahulu bersakit-sakit kemudian,” peribahasa yang tepat untuk gadis ini.  Kegandrungannya pada SNSD, keinginan besarnya menonton aksi mereka dari dekat, dan jalan instan yang ditempuhnya mengundang keprihatinan banyak orang. Inikah wajah anak-anak muda negeri ini?

Segalanya ingin serbainstan. Dengan cara apa pun, baik dan buruk tak lagi jadi patokan. Yang penting tujuan tercapai, selesai. Memanfaatkan kemalangan orang lain demi kebahagiaan pribadi. Kata-kata maaf sudah disampaikan, sebagian pihak bisa memaafkan. Namun, sanksi sosial takkan berhenti begitu saja. Sekali lancung ke ujian, seumur hidup orang tak percaya. Cermin untuk kita agar lebih berhati-hati bertindak; tak hanya menuruti nafsu belaka.

Ketika kesadaran berbagi semakin meningkat  di masyarakat kita, banyak pihak yang memanfaatkan kondisi ini demi kepentingan pribadi. Kasus pejuang sedekah hanyalah titik kecil dari sekian kasus penggelapan dana di negeri ini. Beragam motifnya, tak ada yang lebih baik satu dengan yang lain.

Kini, Resqy, pemilik nama asli @pejuang_sedekah, harus berjuang lagi memperbaiki nama baiknya dan mengembalikan Rp 10 juta hasil perjuangannya. Khusus untuk kasus ini, adakah manajemen SNSD mengetahuinya?Adakah mereka peduli bahwa ada SONE yang berjuang mati-matian demi datang dan menonton aksi SNSD?Jikalau tahu dan peduli, adakah hal konkrit yang dilakukan selain komentar kasihan pada bayi-bayi malang itu atau mengutuk si pejuang sedekah?Apakah ada hal lain yang bisa dilakukan? Mungkin mengedukasi SONE-nya atau menyisihkan sebagian keuntungan konser untuk para bayi malang itu? Ah, saya mulai berandai-andai...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline