Lihat ke Halaman Asli

Indra GP

Mahasiswa Pendidikan Seni

Gunung Agung

Diperbarui: 6 April 2022   01:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Gunung Agung,

Besar badannya hampir memenuhi seisi Pulau Bali
Tubuhnya berdiri kokoh tak tergoyahkan
Menjulang tinggi ke Langit,
Menancap dalam menyentuh inti Bumi

Tak terbayangkan bagaimana cara kita memeluknya
Sedang tangan kita pun t'lah kotor, akibat noda kekejaman

Di balik megahnya Gunung Agung
Terlihat puncaknya yang kecil
Bahkan sangking kecilnya,
Mata pun tak sanggup melihat apa yang ada di atas sana

Di bawah sini kita terdiam,

Serasa bergerak kian kemari padahal,
Kaki ini malah mengakar bagai semak belukar

Maka,

Sudahkah kita tersadar, tuk mendaki Gunung Agung Itu?,
Mulailah dari sekedar langkah kecil barang sedepa
Menuju jalur terjal pendakian nan Sunyi
Melipir, melalui jalan-jalan kecil nan Sejati

Seirama kicauan burung, senada auman serigala, dan seharmoni riuh daun yang saling bergesekkan
Bersama kita saling membantu,
Berbagi uluran tangan pada saudara, kawan atau bahkan lawan

Karena tak selamanya kita hidup dalam prasangka
Tak selamnya kita di tutupi oleh bayang-bayang rimba

Biarlah batu-batu itu menimpa kaki ringkih ini
Biarlah deru angin menerpa kulit kita nan rapuh
Biarlah dinginnya hawa menusuk-nusuk tulang yang lama terbalut daging penuh dosa

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline