Lihat ke Halaman Asli

Tiada Pagi yang Hangat, Tanpa Malam yang Dingin

Diperbarui: 17 Juni 2015   22:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Tiada pagi yang hangat, tanpa malam yang dingin

Kira-kira seperti itulah hukum alam yang biasa terjadi.

Tulisan saya kali ini ingin menyoroti mengenai artinya suatu perjuangan dalam karir.

Kemarin saya menjawab sms dari teman saya yang berguyon minta cangkok otak saya karena sedang mengalami kegalauan dalam studi s2 nya.

Lalu saya bales dengan guyonan: "ga perlu cangkok, cukup sarapan dengan jurnal, makan siang dengan text book, dan sebelum tidur main game di SPSS dan teman-temannya."

Saya rasa sebagian pembaca juga pernah mengalami hal yang demikian ketika menempuh pendidikan.

Mungkin serasa malam yang dingin tak pernah berakhir.. Apalagi kalau sudah menyusun tugas akhir.

Hanya perlu keyakinan bahwa tiada pagi yang hangat, tanpa malam yang dingin.

Bahwa proses panjang yang dilalui, suatu saat juga akan berganti dengan pagi yang hangat.

Kalau saya sering katakan pada pagi hari, terima kasih matahari telah bersinar.. biarlah tunas-tunas baru muncul bagi negeri ini....

Dan katakan pada malam hari, terima kasih bulan telah datang menyinari malam hari.. supaya kiranya para penjaga tidak menginjak tunas-tunas baru tersebut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline