Lihat ke Halaman Asli

Penentu Keberhasilan Usaha Kecil dalam Agribisnis

Diperbarui: 17 Juni 2015   21:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Usaha kecil merupakan dua kata yang biasa didengar apabila kita sedang membicarakan permasalahan atau isu-isu dalam ekonomi. Misalnya saja, “Pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah”, atau di dalam kehidupan sehari-hari saja, seperti “Ya, namanya juga usaha kecil, jadi ya wajar kalau saya sering ganti-ganti barang dagangan.”

Sebenarnya makhluk seperti apakah usaha kecil itu? Banyak definisi yang telah dikemukakan oleh para ahli. Masing-masing punya pendekatan masing-masing dalam mendefinisikan usaha kecil. Ada yang menggunakan pendekatan finansial, ada juga yang menggunakan pendekatan dari segi kepemilikan tenaga kerja.

Definisi usaha kecil menurut UU No. 9 tahun1995 menggunakan pendekatan finansial. Menurut UU No.9 tahun 1995 usaha kecil dengan secara finansial yaitu merupakan suatu usaha yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000 (di luar dari tanah dan bangunan tempat usaha), dan memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000. Kriteria lain usaha kecil menurut UU tersebut yaitu merupakan milik warga negara Indonesia, berdiri sendiri, dan berbentuk usaha perorangan.

Casson, dkk (2006) dalam bukunya yang berjudul The Oxford Hand Book of Entrepreneurship mendefinisikan usaha kecil dengan menggunakan pendekatan kepemilikan tenaga kerja. Menurut Casson, usaha kecil merupakan suatu usaha yang mempekerjakan kurang dari 100 orang.

Agribisnis merupakan sektor yang lebih banyak menyerap unit usaha dalam perekonomian nasional, namun secara proporsional, sektor agribisnis  menyumbang nilai yang relatif  kecil dalam perekonomian, investasi, dan ekspor negara. Dengan demikian, dalam sektor agribisnis dapat disimpulkan bahwa adanya kecenderungan bahwa usaha kecil di Indonesia berada pada sektor agribisnis.

Apa saja yang menjadi penentu keberhasilan usaha kecil? Berikut akan dibahas penentu keberhasilan usaha kecil berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh para ahli di luar negeri.

Cressy (2005),  membangun sebuah model  yang dinyatakan dalam kurva kegagalan perusahaan dan menyatakan ada tiga faktor yang mempengaruhi keberlangsungan perusahaan, antara lain modal awal, pertumbuhan, dan resiko.

Kemungkinan kegagalan  perusahaan akan semakin kecil seiring dengan pertambahan modal awal.

Lebih lanjut Audretsch and Argarwal (2001), menyatakan bahwa kegagalan suatu perusahaan yang baru masuk dipengaruhi oleh tahap pembangunan industri (apakah industri yang dimasukinya itu masih berkembang atau sudah dipenuhi oleh perusahaan-perusahaan raksasa) dan dari teknologi yang berkembang (mampukah teknologi rendah bersaing dengan teknologi tinggi?). Cressy dan Storey (1994), menemukan bahwa tingkat keluar perusahaan kebangkrutan perusahaan lebih sering terjadi pada saat resesi.

Mari kita lihat kembali kepada apa yang dikemukakan oleh Cressy (2005) bahwa keberlangsungan suatu usaha (apalagi usaha kecil) ditentukan oleh tiga faktor utama yaitu modal awal, pertumbuhan, dan resiko. Bila kita melihat dari sisi seperti itu, maka dapat dikatakan ada tiga hal yang penting dan dibutuhkan oleh petani kita, yaitu kepemilikan modal, keberpihakan pasar yang menjamin pertumbuhan, dan penanggulangan resiko secara bersama-sama.

Petani-petani kita sebagian besar tidak mampu bersaing karena kepemilikan modal awal (termasuk penguasaan teknologi) relatif rendah, harga yang relatif berfluktuasi setiap harinya, dan resiko usaha yang pada umumnya ditanggung sendiri-sendiri, yang pada akhirnya membawa kepada skala ekonomis yang tidak tercapai.

Oleh karena itu, menurut saya penting bagi pengambil kebijakan dalam negeri ini untuk memperhatikan ketiga faktor tersebut. Berbagai program telah dikeluarkan oleh pemerintah untuk perkembangan sektor agribisnis. Akan sangat baik, bila ketiga faktor tersebut menjadi satu kesatuan dan merupakan pilar utama dalam merancangkan suatu program dalam sektor agribisnis.

Petani-petani kecil tentunya tidak dapat bersaing secara langsung dengan pengusaha besar. Untuk itu perlu adanya pendampingan dari pemerintah maupun dapat juga dari sektor swasta dalam menyatukan petani-petani kecil sehingga petani-petani kecil memiliki peluang yang lebih besar dalam meningkatkan modal, secara bersama-sama menjadi relatif memiliki kekuatan dalam menentukan harga dan mencapai standar kualitas suatu pasar, dan penanggulan resiko menjadi lebih kecil bila dilakukan secara bersama-sama, dibandingkan dengan apabila jalan sendiri-sendiri.

Pendampingan tersebut dapat melalui sebuah lembaga yang bernama koperasi. Koperasi yang seperti kita tahu merupakan suatu lembaga yang memiliki tujuan untuk memajukan para anggotanya. Terlepas dari beberapa kasus kegagalan yang terjadi pada beberapa koperasi, namun tetap saja kita juga bisa mencontoh koperasi-koperasi yang berhasil di dalam negeri.

Saya rasa sudah sangat penting jati diri koperasi diaktifkan dalam perekonomian negara ini. Hal tersebut mengingat banyak sekali usaha kecil yang tumbuh di Indonesia.

Selanjutnya faktor apakah yang menjadi penghambat usaha kecil untuk meningkatkan skala usahanya menjadi skala usaha menengah, atau kemudian menjadi skala besar? Cressy (1996) menyatakan bahwa ternyata faktor penghambat dari keberlanjutan sebuah bisnis, atau peningkatan skala usaha bukanlah finansial, tapi sumber daya manusia. Sumber daya manusia diukur dari usia entrepreneurial, pengalaman bekerja di industri yang spesifik, manajerial dan sumber daya manusia (diukur dari ukuran tim).

Senada dengan apa yang dikemukakan oleh Cressy (1996) saya pun melihat bahwa spesialisasi suatu produk lebih bermanfaat bila dibandingkan dengan generalisasi. Cressy (1996) melihat bahwa kualitas sumber daya manusia diukur juga berdasarkan pengalaman bekerja di industri yang spesifik. Bagaimana bisa berdaya saing, jika sebentar-bentar fokus perkembangan agribisnis berubah-ubah tergantung pada siapa yang memegang pemerintahan tinggi maupun tertinggi di negara ini? Perlu adanya suatu perencanaan jangka sangat panjang yang berfokus pada komoditi-komoditi unggulan negara.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline