"Bhepak, Bebhuk, Guru, Rato" atau bapak, ibu, guru dan raja atau pemimpin merupakan prinsip dasar, dan struktur ketaatan bagi masyarakat Madura dalam kehidupan sosial bermasyarakat. Jalan hidup inilah yang ternyata dialami dan dilakoni oleh Daeng Mohammad Faqih, Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB-IDI) Periode 2018-2021.
Pria yang lahir di Kota Batik, Kabupaten Pamekasan, Pulau Madura, Provinsi Jawa Timur pada 30 Juni 1969 ini, awalnya tidak ada niatan sama sekali untuk menjadi dokter. Sejak belajar di bangku sekolah menengah atas di SMA Negeri 1 Pamekasan, Daeng lebih suka pada materi pelajaran kimia, sehingga ketika lulus SMA ia langsung mendaftar dan diterima di jurusan kimia di Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya pada tahun 1988, melalui jalur penelusuran minat dan bakat (PMDK).
Di ITS, Daeng ternyata hanya setahun belajar di kampus itu. Permintaan orang tua yang menyebabkan Daeng harus pindah haluan. Orang tuanya menginginkan Daeng agar menjadi dokter, sehingga pada pada tahun 1989 ia mengikuti tes Jurusan Kedokteran di Universitas Brawijaya, Malang dan diterima.
Meski bukan pilihan sejak awal, Daeng berusaha menekuni dan meminati jurusan pilihan orang tuanya itu. Ia berhasil hingga lulus. Berikutnya Daeng menempuh pendidikan Master (S2) Jurusan Hukum di Universitas Hassanuddin, 2011 dengan spesifikasi Magister Hukum Kesehatan.
"Sebetulnya cita-cita saya menjadi ahli nuklir, karena saya suka pelajaran kimia, akan tetapi karena orang tua ingin anaknya ada yang menjadi dokter, maka akhirnya saya penuhi," katanya dalam dialog di akun youtube "Sakejjek Asareng Cak Koes".
Keputusan mengubur cita-citanya sebagai ahli nuklir tentu bukan tanpa alasan. Alumni SMA Negeri 1 Pamekasan ini berkeyakinan pada prinsip dan dokrin agama 'ridhallah di ridhal walidain, wasuhtullah di suhtil walidain' yang artinya, bahwa kerelaan Allah adalah terletak pada kerelaan kedua orang tua, dan kemurkaan Allah adalah berada pada kemurakaan kedua orang tua.
Aktivis dan Prinsip Hidup
Daeng sejak remaja sudah menunjukkan minat berorganisasi. Saat mahasiswa ia dikenal sebagai aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), yakni organisasi mahasiswa yang didirikan oleh Lafran Pane pada 5 Februari 1947, dan tercatat sebagai organisasi mahasiswa Islam tertua di Indonesia.Selain itu, ia juga aktif di Lembaga Kesehatan Mahasiswa Islam (LKMI), yakni lembaga khusus atau organisasi semi otonom yang ada di bawah naungan HMI. Daeng pernah menjabat sebagai Ketua Badan Koordinasi Nasional (Bakornas) LKMI periode 1997-1999.
Bagi Daeng, organisasi seperti universitas kedua (secound university), tempat belajar, memperluas wawasan dan jaringan, disamping terpat berkumpul orang-orang yang memiliki minat dan tujuan yang sama.
Selanjutnya Daeng terpilih sebagai Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Periode 2018-2021, dan kini menjabat sebagai Rektor Rektor di Universitas MH Tamrin, Jakarta. Daeng berhasil mengalahkan ribuan peserta anggota IDI dari ratusan cabang di 32 wilayah dan utusan dari perhimpunan dokter. Ia pun ditetapkan bertugas periode 2018-2021.
Tantangan berat saat menjabat sebagai Ketua Umum IDI adalah terjadinya pandemi COVID-19. Saat berdialog di channel you tube "Sakejjek Asareng Cak Koes" Daeng menuturkan, bahwa pandemi COVID-19 bukan hanya tantangan antara petugas medis dengan masyarakat yang cenderung abai dalam menerapkan protokol kesehatan, akan tetapi juga menjadi tantangan di bagian tenaga medis.