Lihat ke Halaman Asli

Gendis Pambayun

Perempuan peramai dunia dan pengedukasi kesehatan jiwa

Ayah mencintaimu, Nda

Diperbarui: 19 Oktober 2018   08:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Friska memandangi wajah Barly, laki-laki yang sudah 10 tahun ini menjadi suaminya. Tertidur lelap dengan tenang dan terpancar kelegaan hatinya setelah melewati banyak masalah terjadi dikehiduoan mereka.

Friska menghela nafas panjang, menyeka airmatanya yang tanpa disadarinya telah membasahi kedua pipinya. Cinta memang buta, begitu kata orang-orang. Biarlah dunia cemburu melihat kebahagiaan kami. Dan, biarlah kematian menjadi lelucon diakhir cerita kami.

"Maafkan aku, mas. Aku selalu berharap tidak akan ada lagi hal-hal rumit yang menjadi beban hidupmu lagi" batin Fiska, sambil memandang suaminya.

**

5 tahun berlalu, namum Friska belum ada tanda-tanda memberi malaikat kecil dalam rumah tangga mereka. Keluarga Barly seperti memiliki senjata sebagai alat untuk menghasut Barly. Padadasarnya Barly sendiri tidak mempermasalahkan tentang hadirnya buah hati diantara dirinya dengan Friska. Namun, keluarganya terutama ibu selalu menjadikannya masalah. Dan, seakan-akan keterlambatan Friska dalam memberi buah hati adalah senjata terampuh yang  jadi alat untuk bisa membuat kekacauan dalam rumah tangga Barly.

Sehingga, Friska sering sekali mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari ibu dan saudara-saudara suaminya. Sampai pada suatu hari Friska mendengar ibu mertuanya berbincang dengan adiknya (tantenya Barly).

"Rum, besok antar aku ke Ngadirejo lagi, aku ingin Barly mendengarkan kata-kataku agar dia mau meninggalkan perempuan mandul itu."

"Mbakyu, sudah tidak perlu dilanjutkan , nanti kalau Barly tahu dia akan marah besar kepada kita" sahut tante Rumini mengingatkan kakaknya, ibunya Barly suami Friska.

"Asal kamu diam tidak akan ada yang tahu jika aku main dukun untuk membuat Barly membenci perempuan mandul itu," sahut perempuan yang dipanggil mbakyu.

Seketika, seluruh persendian Friska seakan copot dari tautannya. Friska tidak mampu melanjutkan langkah menuju ruang santai yang disebelah dapur rumah besar ibu mertuanya. Friska terduduk dilantai tanpa alas, aimatanya mengalir tanpa mampu ditahan lagi. Lalu Ia bangkit perlahan menuju kamarnya dilantai atas. Ditumpahkannya airmatanya, andai tidak mendengar sendiri tentu Friska tidak akan percaya, jika ibu mertuanya  menginginkan perceraiannya dengan putranya.

"Haruskan aku menceritakan  apa yang aku dengar kepada Ayah (Friska memanggil Barly dengan sebutan ayah)?"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline