Hadirmu kala damai hati sedang menggembara. Kau sapa dipertengahan siang, dibulan september, kala secabik duka menggores hati. Tersentuh dinadiku saat diri terhempas diantara jurang nestapa. Hadirmu membuat luka tak lagi menganga. Bagaikan jatuhnya airmata langit yang memberi kesejukan diteriknya sang raja siang.
September di setengah siang yang menyengat, diguyur aimata langit menyapu jejak-jejak kaki durjana. Dalam aroma kasturi kau hadir, mengharu hatiku. Sesungging senyummu hadir menutup luka, jiwaku ternaungi ketulusanmu, hatiku tersandar pada beningnya kasihmu. Kuurai nafasku dalam gigil rintiknya sebagai isyarat lekatnya hatimu padaku
Kekasih... saat kemarau mengusik tiang-tiang pemangsa waktu, hadirmu membawa kesejukan. Wangi bunga yang kausebar dalam rasaku tertata rapi, tak sedikitpun usang. Kemarau ini telah usai, satu persatu pucuk daun mulai menghijau menjadi helai dedaunan. Laraku mulai mengering dan hilang.
Aku memujamu, merindu, menanti semai cintaku bersemi. Dan kini aku tak hanya memujamu. Kudambakan kau jamah dalam segala rasaku. Sejuk menyurat pada detikan waktu. Rasa dan hasrat ku peruntuhkan padamu. Ada bahagia, ada debar bergetar saat kau mendayukan kemesraan, dalam iringan irama sendu rintik di bulan september ini.
Di pinggir jendela kamar kutatap jauh menuju kancah perjalanan hati dalam jemari-jemari cinta. Senyumku tersungging, kuhirup wewangi aroma tanah yang melayang menyentuh jiwaku. Kuurai doa dalam khusuk, untuk jiwamu, rasamu, kunanti hatimu saat berpagut pada istana cinta yang bertahta ketulusan.
luka itu kini merapat, terbawa arus airmata langit september, hingga membawaku pada kekuatan nafas cinta.
Karya ini diikutsertakan dalam rangka mengikuti Event Romansa September RTC
wonosobo
14092016