Lihat ke Halaman Asli

Gendis Pambayun

Perempuan peramai dunia dan pengedukasi kesehatan jiwa

Kurusetra

Diperbarui: 26 Juni 2015   16:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku sigila, korban cinta yang gemetaran karena birahi, manakala sosokmu muncul dari sinar merah keemasan matahari tenggelam, kupanggil-panggil kau kekasih, aku telah berdandan menantimu.

terpana dalam deru angin, dalam kelam diantara belantara, mendekat dan raihlah aku, mendekat..mendekatlah kudaku, ajaklah aku untuk patahkan barisan gundah dan kelu.

suraimu berkibar, lidahmu menjilat, cahaya matamu berkobar kobar diantara angin topan, kukumu mencengkeram tanah bagai raksasa menyerbu gunung dewata.

kaki-kakiku memeluk punggungmu dengan pelukan garang jantungku terengah mengikuti erangan dengusmu...sungguh aku memang gila.

kusatukan diriku denganmum kita mennderu dipadang rumput tertawakan lakon dan para pecundang yang takut ranjau, berjalan pada jalan yang aman menerobos pintu kepalsuan, menuding dan menjerat mencari pembenaran diri.

takkan kulilitkan lagi selendangku untuk menutup auratku dan kubiarkan rambutku tergelai yang menutupi perhiasanku seperti janji durpadi yang takkan mengelung rambutnya sebelum keramas darah kurawa.

akulah sigila, pemilik kuda kurusetra yang menyatukan hati dan raganya. lari...larilah kencang dihutan belantara terbanglah dipadang-padang. Larilah...hancurkan barisan pecundang cerai berai bagaikan burung kocar-kacir, sebab kita satu jiwa satu raga.

bersama malam, biarkan terkulai melihat kejayaan dalam kekalahan, melihat sang pemilik jasad hancurkan persinggahan,  adakah hati bersih menjadi penggembalanya? carilah diantara bukit, pasir, laut dan langit.

Porjo 15:45

29 April 2010

gendis.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline