Was Wir Tun Wird Nie Verstanden, Sonden Immer Nur Gelobt Unt Getadelt
Apa yang Kita Lakukan Tidak Pernah Dipahami, Tetapi Selalu Dipuji Juga Disalahkan
Friedrich Wilhelm Nietzsche
Pernah engga sih kalian nanya sama diri kalian sendiri tentang makna dari setiap langkah maju di hidup kalian?misalnya, sebenernya gue tuh ngapain sih harus ngelakuin ini dan itu atau pertanyaan soal nine to five gue itu buat apa sih?pasti jawaban hampir setiap orang tentang ini sepakat bahwa hal ini dan itu yang kita lakuin atau kerja nine to five yang kita jalanin setiap hari itu buat ngebawa diri kita untuk sampai ke satu tujuan tertentu yang udah kita create sedemikian rupa. Terus gimana cara kita berproses untuk bisa menciptakan hal sedemikian rupa itu?soal hal ini semuanya juga sepakat deh kayaknya kalau proses kita dalam menginternalisasi sesuatu itu engga akan bisa lepas dari pengaruh tentang kita lihat, dengar, rasa, dan pahami yang kita terima lewat interaksi kita dengan banyak orang dan berbagai hal lainnya. Secara tidak sadar, setiap hal yang kita cerna lewat interaksi-interaksi tadi memanipulasi berbagai macam hal dan pertimbangan di dalam proses kehidupan kita.
Manipulasi yang kita terima secara tidak sadar tadi ternyata bukan hal baru dalam ilmu psikologi dan dikenal dengan nama reverse psyhcology atau psikologi terbalik. Apa sih psikologi terbalik itu?kalau secara istilah penamaan sih kayaknya cukup asing ya?kalau gitu, coba nih baca penjelasan dari prof. Budi Matindas yang menyebut kalau apa yang disebut psikologi terbalik itu sebenarnya merupakan counter argument dengan maksud menyampaikan pemikiran yang berbeda dengan argumentasi yang engga konfrontatif. Menurut beliau, psikologi terbalik merupakan seni dalam berkomunikasi yang cukup efektif karena pada dasarnya alam bawah sadar manusia di desain anti untuk mendengar kalimat-kalimat negatif dari lawan bicaranya, itulah kenapa kemudian kita mengenal istilah-istilah seperti tidak, jangan, bukan, awas dan masih banyak lagi yang selalu mengisi ruang-ruang percakapan kita sehari-hari.
Sesuai namanya, psikologi terbalik memang merupakan suatu teknik atau bisa dikatakan seni dalam komunikasi dimana ketika cara komunikasi ini digunakan akan memberikan dampak sebaliknya dari maksud yang diucapkan. Namun dalam prakteknya psikologi terbalik tidak serta merta dapat digunakan kapanpun dan kepada siapapun sesuai kepentingan diri kita, ia juga memiliki ketergantungan terhadap beberapa faktor pendukung seperti misalnya ketepatan waktu, karakteristik lawan bicara, dan kebutuhan dari lawan bicara kita. Dalam penggunaannya, beberapa faktor tadi menjadi hal yang sangat penting untuk mempertimbangkan penggunaan cara komunikasi ini karena komunikasi dengan menggunakan metode psikologi terbalik akan memberikan respon yang beragam bagi masing-masing individu. Pada beberapa karakter tertentu misalnya, penggunaan reverse psychology akan menyebabkan lawan bicara kita terinternalisasi sehingga menyebabkan lawan bicara kita merespon gaya komunikasi ini sebagai sebuah pernyataan yang benar dan harus dapat diterima secara penuh dan utuh baik sebagai hal yang bisa diterima dengan lapang dada ataupun dengan hati yang kecewa. Hal ini tentu membuat komunikasi ini akan menjadi berbahaya jika penggunaannya tidak tepat.
Jika penggunaan yang tidak tepat tadi secara terus menerus dilakukan, maka dampak paling buruk khususnya dalam komunikasi orang tua dan anak akan menjadi tidak terbuka. Selain itu, hal ini juga berpotensi dapat mengganggu eksplorasi anak dikarenakan kesalahpahaman penafsiran atas maksud dan tujuan penggunaan kalimat yang baru saja mereka dengar. Pada beberapa kasus kalimat seperti misalnya seorang ibu mengatakan kepada anaknya bahwa sebaiknya si anak jangan mengambil les vokal, sebab menurut ibu suara sang buah hati tetap tidak akan bisa melampaui merdunya suara para kontestan ajang pencarian bakat yang sedang tampil di televisi. Dalam beberapa kasus tertentu, kalimat yang seharusnya memotivasi sang anak agar terus berlatih untuk menunjukan bahwa ia tak mau kalah hebat dari para kontestan yang sedang tampil di layaar televisinya itu, selain itu sang anak juga berjanji jika suatu hari mendapat kesempatan untuk tampil di televisi untuk mengikuti perlombaan itu, sinyal yang ditangkap oleh sang anak justru melakukan reverse terhadap kalimat resverse lainnya dengan berpikir bahwa apa yang dikatakan oleh ibunya itu adalah sebuah kebenaran atas dirinya, sehingga si anak beranggapan bahwa oh yasudah, menurut ibuku aku tidak akan memiliki suara yang lebih merdu dari para kontestan yang sedang tampil itu kemudian sang anak memberi teman barunya itu sebuah nama.
Dalam contoh kasus lain, penggunaan psikologi terbalik yang berlebihan akan memberikan kesan yang cenderung manipulatif terlebih di dalam suatu hubungan. Dalam hubungan orang tua dan anak, penggunaan psikologi terbalik akan memberikan tekanan berlebih kepada si anak oleh karena komunikasi yang demikian ia rasa sebagai komunikasi yang sudah terancang atau memiliki skema yang memiliki maksud untuk mengarahkan si anak ke hal-hal yang dipilih bukan berdasarkan pilihan ataupun keinginan sang anak. Dalam hubungan pasangan kekasih, pertemanan, sampai dengan rekan bisnis, penggunaan psikologi terbalik yang terlalu sering hanya akan membawa hubungan kepada sulut api yang menunggu dibelakang mereka karena timbulnya berbagai rasa curiga akibat kecenderungan gaya komunikasi ini dengan sikap manipulatif.
Mesikpun pada hakikatnya setiap orang tua hanya ingin yang terbaik untuk para buah hatinya kelak, ketegasan sikap kepada anak untuk memberinya pilihan secara penuh sejak dini akan memberikan keleluasaan terhadap berbagai kebutuhannya dalam mengeksplorasi banyak hal. Memberikan kebebasan dengan tetap melakukan pengawasan untuk membimbing sang buah hati untuk lebih mengetahui mengenai hal apa saja yang boleh dan tidak boleh untuk dilakukan disertai penjelasan yang mudah untuk ia mengerti tentu akan memberikan banyak sekali bekal untuk dirinya di masa depan. Terlebih jika setiap penjelasan mengenai berbagai hal tadi disertai dengan banyak opsi lain agar ia tetap bisa melakukan eksplorasi dan tetap berada di dalam koridor yang aman yang dapat diterima dengan tenang oleh para orang tua.
Di era modern seperti saat ini sendiri pola asuh anak dengan menggunakan metode psikologi sendiri sudah mulai ditinggalkan karena timbulnya kecenderungan kekuasaan atau otonomi yang penuh tetap berada ditangan para orang tua yang pada akhirnya malah tidak memberikan kebebasan kepada si anak itu sendiri. Pola asuh modern para orang tua pada era ini cenderung memberi banyak kebebasan untuk memilih berbagai opsi yang ada sehingga secara otomatis membuat si anak sendiri menjadi lebih terbuka dalam berkomunikasi mengenai apapun kepada orang tua mereka.
Meskipun gaya komunikasi psikologi terbalik bisa dibilang merupakan sebuah seni dalam komunikasi, namun penggunaannya harus tetap berada di dalam garis protokol sebagaimana yang telah coba kita ulas bersama-sama diatas. Meskipun sudah jarang digunakan sebagai cara komunikasi di dalam pola asuh anak, pada perkembangannya psikologi terbalik kini banyak digunakan dalam gaya komunikasi marketing dan advertising yang memberikan dampak yang luar biasa bagi pengembangan bisnis di berbagai sektor.
Referensi :
https://lakuuu.id/blog/mengenal-reverse-psychology-marketing-apakah-akan-berhasil