Lihat ke Halaman Asli

Palwa Ibnu Sosa

Mahasiswa Hubungan International, Universitar Sriwijaya

Adanya Nuklir Meningkatkan Ancaman atau Menciptakan Perdamaian? Analis Menggunakan Teropong Perspektif Neorealis

Diperbarui: 2 Desember 2021   09:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Teori neorealis adalah teori hubungan international yang sangat general, abadi dan cukup relevan melihat tingkah laku negara dalam menjalin hubungan national. Hal ini menjadikan neorealis menjadi teori favorite saya dalam berprespektif melihat negara dan kepentinganya.Begitupun dalam tulisan Thomas G Maanhaken yang menjelaskan strategi militer nuklir yang sangat relevan dijelaskan dalam perspektif neorealis dengan keyword balance of power and counter balancing, security dilemma, power dan anarkis.

teori neorealis melihat sebuah politik international hanyalah drama belaka yang pada dasarnya hanya soal kepentingan antanegara dan media untuk menggapai kepentingan negaranya.  Sehingga dalam dalam perspektif realis bahwa moral dalam hubungan international itu kabur dan hanya bagaimana negara berusaha mencapai kepentingan dalam kelangsungan hidupnya. Hal ini menekankan bahwa actor hubungan international (Negara)  bersifat Rasional. Selain itu karena Hubungan international bersifat anarkis, maka timbul security dilemma dan curiga pada actor-actor lainya. Hal ini  mendorong peningkatan power pada masing-masing negara dan menimbulkan istilah balance of power serta counter balancing atas respon tersebut.  Namun neorealis tidak menganggap actor hubungan international bukan hanya negara, melainkan ada actor non negara.

Relevanisasi Teori Neorealis Dengan Implikasi Nuklir

Lahirnya nuklir sebagai teknologi baru dalam dunia militer membawa perubahan yang sangat besar terhadap strategi militer negara dan sikap negar dalam melindungi negaranya bahkan konsep keamanan itu sendiri yang sebelumnya terkontekskan dengan perang bersenjata yang saling berhadapan secara langsung dan kini perang bisa dilakukan dengan jarak jauh menggunakan nuklir. Seperti hancurnya kota Nagasaki dan Hiroshima karena bom atom yang luncurkan oleh AS.  Arundhi seoarang penulis The God of Small Things, menegaskan bahwa ciptaan manusia yang paling antimanusia, anti demokrasi, antinational dan benda paling jahat adalah Senjata nuklir. Ia juga menegaskan bahwa nuklir adalah tentangan manusia terhadap tuhan. 

Bahwa nuklir adalah kekuatan yang dapat menghancurkan apapun yang EngKau Ciptakan. Sehingga dampak nuklir tidak dapat dianggap hanya sebatas senjata militer namun senjata penghancur (Azwar, 2017). Namun hal lain impliasi lahirnya nuklir yang dipaparkan dalam tulisan Thomas G Maahnken, Menjelaskan bahwa nuklir mengubah tujuan dari perang dan secara tidak langsung menciptakan perdamaian itu sendiri. Implikasi nuklir mengubah tujuan perang yang tadinya ialah memenangkan pertempuran, menjadi menghindari pertempuran itu sendiri.

Hal ini timbul karena nuklir memiliki dampak yang sangat berbahya, baik dari daya ledak yang menghancurkan segalanya, radiasinya bahkan jika suatu negeri berperang dan menyerang negara lain dengan nuklir. Maka dia juga tidak akan mendapatkan apa-apa melainkan negara yang hancur oleh ledakan.  Bahkan dengan adanya nuklir, dalam peperangan sangat banyak perubahan dalam penggunaan strategi. Seperti kita sebelumnya, harus memperhitungkan jarak wilayah kita ke wilayah lawan atau jarak tempuh. 

Lalu memperhitungkan biaya, pasokan makanan, tenaga, kondisi iklim atau cuaca. Bahkan kita perlu memp Namun yang paling relevan, mengapa nuklir dapat menghindari perang itu sendiri, karena masing-masing negara memiliki rasa takut akan diserang satu sama lain. Melainkan hanya dapat mengembangkan teknologi nuklirnya dan bersaing dari negara lainya sebagai waspada. Sehingga nuklir dalam hal ini Nuklir hanya sebuah gertakan agar negara lain waspada dan negara lain juga mencoba menyeimbangkan power nuklirnya untuk menjadi gertakan serta sebagai tindakan waspada.(Mahnken, 2014)

Dalam konteks ini nuklir menciptakan sebuah persaingan dalam pengembangan dan keseimbangan power satu sama lain. Sehingga tercipta kondisi Balance Of Power, satu negara A yang memiliki security dilemma karena dunia bersifat anarki maka dia mencoba mengembangkan nuklir. Begitupun negera kuat B mencoba menyeimbangkan power nuklirnya agar dapat menciptakan rasa aman, jika negara A menyerangnya. Respon negara B akan keseimbangan power nuklir ini tentunya membuat negara A Semakin gencar dan kompetitif dalam meningkatkan nuklirnya. Respon negara A ini disebut Counterbalancing dalam perspektif neorealis.  Berdasarkan tulisan Thomas G Maanhaken, Kondisi seperti ini lah yang terjadi atas perang nuklir, masing-masing negara kuat mencoba meningkatkan teknologi nuklirnya. 

Namun tidak untuk digunakan, melainkan untuk menciptakan rasa aman yang dijelaskan dalam perspektif neorealis sebagai balance of power dan Counterbalancing.  Sehingga karena kondisi persaingan seperti ini, membuat perang dengan konteks kekerasan saling-membunuh tidak terjadi. Bahkan nuklir ini menciptakan kondisi menghindari perang yang dapat kita simpulkan dalam waktu sekarang adalah perdamaian sementara.

Selain itu lahirnya teknologi nuklir mendorong negara yang tidak memiliki kekuatan militer yang kuat atau memiliki nuklir, perlunya  dukungan negara-negara besar yang kuat atau besar. Agar menghindari kerentangan atas serangan nuklir dari agregesor. Dalam hal ini dapat dijelaskan dalam teori neorealis bahwa negara perlu menyeimbangkan kekuatan dan perlunya aliansi. Karena dalam perspektif neorealis dunia ini bersifat anarki yang berkontekskan power. Maka dalam kondisi ini, negara perlu melakukan survival agar dapat tetap aman. Begitupun dalam tulisan Thomas G Maanhaken bahwa negara yang tidak memiliki nuklir perlu berteman dengan negara kuat agar dapat menghindari serangan agregator.

Pada dasarnya Agresor nuklir sebenarnya memiliki rasa takut atas penyerangan dan pembalasan. Sehingga berusaha meminimalisir nuklir pihak lain atau berusaha menghilangkan penggunaan nuklir itu sendiri. Jadi negara besar yang memiliki nuklir dan bahkan dengan teknologi nuklir tinggi timbul dari rasa takut sehingga berusaha melakukan memonopoli nuklir. Contoh paling kongkrit menurut Thomas ialah Negara AS dan Russia yang berusaha memonopoli nuklir. Namun hal ini dapat lahir dari rasa takut atau security dilemma dari negara, agar merasa aman karena system international bersifat anarki.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline