Ahok tahu betul bagaimana cara meraih dukungan PDI Perjuangan. Tidak perlu mendekati orang-orang DPC DKI Jakarta, Ketua DPP, Sekjen, bahkan tidak perlu mendekati sang "Putri" Puan. Cukup mendekati Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri maka dukungan PDIP untuk maju dalam Pilkada DKI 2017 akan mudah diraih. Itulah mengapa manuver politik Ahok bukanlah mendekati elit politik PDIP di DKI dan juga para ketua DPP PDIP. Ahok tahu betul bahwa keputusan akhir tetaplah di tangan Megawati. Itulah juga mengapa Jokowi juga mendekati Megawati demi meringankan langkah Ahok menjadi cagub DKI dari PDIP demi mensinergiskan kebijakan pusat dan Jakarta. Bukan rahasia lagi kalau Jokowi sejalan dengan Ahok.
Karena itu, janganlah heran penolakan terhadap Ahok tidak pernah muncul dari Megawati. Yang sering terdengar malah penolakan dari elit partai PDIP di DKI Jakarta dan para ketua DPP. Respon Megawati terhadap Ahok positif dan sudah memberikan sinyal akan mendukung. Tetapi Megawati bukanlah politisi sembarangan dan tidak mau gegabah membuat sebuah pernyataan yang bisa membuat PDIP mengalami sebuah guncangan hebat. Mekanisme dibiarkan terus berjalan, para elit partai dibiarkan berkoar-koar karena memegang penuh prinsip demokrasi dan kebebasan berpendapat. Tetapi pada akhirnya nanti tetaplah Megawati yang akan mengambil keputusan. Itulah mengapa Megawati diam ketika ditanya mengenai Pilkada DKI.
Elit PDIP bukannya tidak tahu bagaimana sikap hati Megawati. Tetapi karena sudah kadung benci Ahok dengan gaya dan begitu sulitnya meraih untung dari Ahok maka mereka terus berusaha menggoyahkan keteguhan hati Megawati. Ahok yang terus saja merecoki ladang bisnis kader PDIP di DKI dengan sangat ketat dalam APBD DKI Jakarta menjadi musuh bersama yang harus dijatuhkan. Beberapa kasus dan isu diangkat, nama Risma juga coba diusung dengan menggerakkan aliansi tertentu tetapi tetap saja tidak berhasil. Malah usaha meraup untung dari Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetio Edi Marsudi buntung karena tertangkap basah dan kini sibuk menjadi saksi dan sepertinya sebentar lagi akan ikut masuk tahanan KPK bersama M. Sanusi.
Usaha terakhir menjelang diputuskan dukungan resmi PDIP terhadap pasangan Ahok_Djarot pun dilakukan. Ketua DPP PDIP Andreas Hugo Pareira mengeluarkan sebuah pernyataan pedas terhadap Ahok. Ahok dianggap licik, mengadu domba, dan memecah belah PDIP.
"Pola yang dipakai Ahok mengadu domba, memecah belah antara kader dengan kader, bahkan Ahok dengan licik mencoba mengadu domba antara Djarot dengan partainya PDIP, berlindung di balik 'ceritanya' tentang dukungan dari Ketum PDIP," papar Andreas.
"Dengan track record loyalitasnya yang buruk, political tricky-nya yang sangat licin, saya kira bukan hanya PDI Perjuangan yang perlu berpikir ulang untuk mengusung Ahok, parpol-parpol yang sudah mendukung pun perlu berpikir lagi untuk dukungannya pada Ahok, kalau tidak hendak menjadi korban pragmatisme Ahok," tutupnya.
Usaha tidak mengenal lelah akan terus diupayakan oleh elit PDIP yang memang sudah sakit hati dengan sikap Ahok dan juga semakin tertutupnya ladang bisnis di DPRD DKI yang semakin seret gara-gara Ahok terlalu ketat dan sangat mengawasi APBD dan proyek-proyek Pemprov DKI Jakarta. Bagaimana bisa meraup untung atau balik modal dari usaha menjadi anggota DPRD atau DPR dari dapil DKI jika gubernurnya seketat dan seekstrem AHok dalam menjaga uang rakyat?
Caranya hanya dengan menjegal Ahok menjadi gubernur DKI. Usaha yang sepertinya akan gagal bukan hanya karena Ahok sudah punya dukungan kursi cukup untuk maju dari Golkar, Hanura, dan Nasdem tetapi juga suara dan keputusan resmi Ketum PDIP Megawati yang akan segera dikeluarkan.
Sudahlah tidak perlu lagi mengeluarkan pernyataan dan usaha apapun untk menolak Ahok maju menjadi gubernur DKI. Megawati tahu betul bahwa memilih Ahok-Djarot adalah satu-satunya jalan menyelamatkan suara PDIP dalam pemilu 2019. Sebagai seorang maestro Politik, Megawati tidak akan gegabah dan akan memilih Ahok, sama seperti saat dia memilih Jokowi menjadi Capres, bukan dirinya.
Jadi saya ucapkan selamat melanjutkan pemerintahannya sampai 2022, Ahok-Djarot.
Salam.