Lihat ke Halaman Asli

Palti West

TERVERIFIKASI

Hanya Orang Biasa Yang Ingin Memberikan Yang Terbaik Selagi Hidup. Twitter dan IG: @Paltiwest

Etos, Patos, dan Logos

Diperbarui: 4 April 2017   17:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Socrates yang terkenal dan merupakan seorang filsuf yang brilian meringkas inti komunikasi menjadi tiga konsep yang menarik yang disebutnya etos, patos, dan logos. Etos mencakup karakter. Patos mencakup perasaan belas kasihan. Logos mencakup isi.

Etos, menurut Socrates, berarti membangun kredibilitas pengajar--kredensi atau hal-hal yang membuatnya bisa dipercaya. Socrates tahu bahwa diri anda jauh lebih penting dari perkataan dan tindakan anda, karena diri andalah yang MENENTUKAN apa yang anda katakan dan lakukan. Dalam hal ini siapa anda akan menentukan bagaimana cara anda berkomunikasi dan bisa dipercaya dalam komunikasi. Seorang akademis dan pemuka agama pasti punya etos yang berbeda. Apalagi jika dia adalah seorang Raja atau Presiden. Semakin tinggi dan populer statusnya maka etosnya harus semakin baik. Etos ini akan menghasilkan kepercayaan pendengar kita. Faktor kepercayaan ini adalah komoditas terbesar anda untuk melakukan komunikasi.

Patos, atau perasaan belas kasihan, berkaitan dengan bagaimana komunikator membangkitkan semangat pendengar dan menggerakkan emosi-emosi mereka. Hal ini akan menghasilkan MOTIVASI pendengar. Jika anda berkomunikasi dengan perasaan yang benar dan menunjukkan bahwa anda memang peduli maka pendengar anda akan senang sekali melakukan apa saja yang anda ingin pendengar lakukan. Contoh: orang tua yang mengajar anaknya dengan kasih maka anaknya akan menuruti perintah orang tuanya.

Logos adalah isi yang menyangkut pengumpulan fakta. Hal ini menjadi alasan mengapa tindakan harus dilakukan oleh pendengar. Logos atau bisa dikatakan juga ilmu memberikan pemikiran dan pengertian. Dengan begitu para pendengar akan memahami alasan logis (masuk akal) melakukan sebuah tindakan atau perintah. Para pendengar akhirnya bisa memahami tindakan dan menjadikan tindakan itu miliknya. Contoh: Jika anda belajar dengan baik maka anda akan mendapat nilai sesuai dengan kemampuan (hasil belajar) anda.

Konsep komunikasi ini sangat berguna dan bermanfaat bagi kita yang bekerja dalam bidang apapun. Sebagai seorang pengajar (sekuler dan rohani) konsep ini harus terjadi dalam proses kita mengajar. Sebagai manajer, pemimpin perusahaan, kepala bidang, dll hal ini juga sangat penting ketika kita memimpin rapat atau pun ketika mengawasi kerja dilapangan. Sebagai Politisi, Menteri, dan bahkan Presiden hal ini juga sangat penting diterapkan, sehingga kebijakan, peraturan, keputusan, maupun instruksi bisa sampai dengan baik dan dikerjakan dengan tepat. Sebagai orang tua kita juga harus mampu menerapkan konsep ini sehinggat anak bisa dididik dengan baik.

Semoga konsep yang saya baca dari buku "Mengajar untuk Mengubah Hidup" oleh Dr. Howard G. Hendricks bisa menolong anda bisa menjadi seorang komunikator handal, bukan komunikator "abal-abal".

Salam
Pekanbaru 24 Februari 2011

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline