Seseorang dikenang bukan hanya dikenang dari keberhasilannya, melainkan juga dari bagaimana dia meresponi kegagalan dan kekalahannya.
Pesta demokrasi sudah masuk dalam tahap akhir. Putusan Mahkamah Konstusi (MK) yang menolak semua gugatan kubu Prabowo-Hatta membuat Presiden dan Wakil Presiden terpilih 2014-2019 Joko Widodo (Jokowi) dan Jusuf Kalla (JK) sudah bisa bersiap-siap untuk dilantik. Jokowi sendiri sudah bisa membuat surat pengunduran diri dari jabatannya sebagai Gubernur DKI Jakarta.
Hal menarik yang saat ini dinantikan adalah sikap kesatria dari pihak yang kalah, dalam hal ini adalah Prabowo. Mengapa Prabowo? Karena sikap legowo dan kesatria yang diambil Prabowo akan diikuti oleh semua elemen pendukung dari partai dan simpatisan. Jika Prabowo legowo dan kesatria maka diyakini kita semua tidak perlu lagi dipusingkan dengan perselisihan dan pertentangan sehingga kita bisa bersama-sama membangun negeri ini.
Mungkinkah Prabowo legowo dan bersikap kesatria? Peluang ke arah sana sangat kecil kemungkinannya jika melihat pernyataan-pernyataan Prabowo dan juga orang-orang yang ada dalam koalisinya. Mereka siap melanjutkan perjuangan ini dalam ranah PTUN, Mahkamah Agung (MA). Bahkan dalam perkembangannya kubu Prabowo berancang-ancang membuat Pansus Pilpres di DPR. Sebuah usaha tidak mau kalah dan terkesan sangat memaksakan kepentingan pribadi dan golongan.
Pengamat politik dari Universitas Gadjah Mada Arie Dwipayana mengatakan, sebaiknya calon presiden Prabowo Subianto dan barisan koalisinya menerima putusan Mahkamah Konstitusi dengan sportif dan mengakui kekalahannya. Dengan demikian, kata Arie, ia akan dikenang dengan baik dan tetap mendapatkan dukungan publik.
"Seharusnya Prabowo gunakan cara yang sportif, karena dengan begitu ia justru akan dikenang karena mengakui kekalahan dengan kesatria," kata Arie saat dihubungi Kompas.com, Kamis (218/2014) malam.
Semoga Prabowo dan semua pendukungnya tidak lagi perlu ngotot memperjuangkan hal yang sudah tidak bisa lagi diubah. Karena keputusan MK adalah keputusan final dalam sengketa pilpres. Kengototan dan terus menerus memaksakan kehendak hanya akan membuat Prabowo dikenal negatif dan buruk dalam sejarah Indonesia.
Seharusnya Pilpres ini menjadi jalan Prabowo mengubah stigma masyarakat terhadap dirinya yang punya masa lalu kelam dalam beberapa kasus pelanggaran ham. Jangan sampai anak-anak bangsa akan melabeli Prabowo sebagai seorang yang buruk dalam pelanggaran ham dan pilpres 2014.
Inilah kesempatannya menunjukkan anda adalah orang paling ikhlas menurut Gus Dur dan orang yang sangat mencintai negeri ini seperti yang dikatakan para pendukung anda. Semoga anda legowo dan kesatria pak Prabowo.
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H