Lihat ke Halaman Asli

Memaknai Kata "Memanusiakan Manusia"

Diperbarui: 4 April 2017   17:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kata - kata "Memanusiakan Manusia" begitu populer dan kerap diucapkan saat ini. Bahkan kita terkesan seolah - olah latah mengucapkan kata - kata tersebut.

Kata - kata "Memanusiakan Manusia" memang begitu indah. Maknanya pun sangat dalam dan menyentuh hati. Saya rasa ini yang membuat kita latah menyebut kata tersebut seakan - akan kita menuntut itu diterapkan dalam kehidupan dan berbangsa dan bernegara terlebih dalam berinteraksi dengan sesama manusia sebagai mahluk sosial.

Sebelum masuk kedalam pembahasan makna "Memanusiakan Manusia", penulis mencoba memberi contoh beberapa tokoh di Indonesia yang disebut telah melakukan hal yang "Memanusiakan Manusia. Contoh ini saya buat agar kita lebih mudah memahami maknanya nantinya.

Ada tiga orang yang penulis contohkan dalam tulisan ini yakni mendiang KH. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo atau Jokowi dan dan Walikota Surabaya Tri Rismaharini.

Gus Dur disebut telah "Memanusiakan Manusia" karena sikap mantan presiden RI ini yang berpegang pada nilai keadilan, kesetaraan serta nilai persaudaraan. Gus Dur sosok pemimpin, pembela rakyat marjinal, pembela minoritas agama etnis yang hak-haknya terhalangi baik dalam berkeyakinan, beragama atau mendirikan rumah ibadah. Selain itu, keyakinannya pada iman yang terbuka sehingga mengembangkan Pluralisme.

Jokowi, terlihat dari cara memindahkan pedagang kaki lima kala menjabat sebagai Walikota Surakarta. Tanpa menggusur secara paksa, pedagang kaki lima pindah. Di Jakarta pun, setelah menjabat Gubernur, ia membangun tanpa menggusur.
Wakil Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Achmad Sodiki bahkan menyebut Jokowi menerapkan konsep "Memanusiakan Manusia".

Walikota Surabaya Tri Rismaharini pun demikian. Ia dinilai memanusiakan warga karena aktivitasnya keluar-masuk lokalisasi untuk membujuk para pekerja seks komersial untuk berganti profesi. Ia datang pada siang hari, sore atau malam. Tekadnya, ia ingin mengurangi lokalisasi di kota Surabaya, tetapi tidak memilih cara menggusur. Ia turun langsung, mengajari para pekerja seks itu dengan aneka keterampilan.

Banyak lagi tokoh di Indonesia ini yang disebut telah menerapkan "Memanusiakan Manusia". Namun tidak bisa dituliskan seluruhnya dalam tulisan ini. Pemuatan tiga tokoh diatas hanya untuk membantu kita memahami konsep "Memanusiakan Manusia".

Kata - kata "Memanusiakan Manusia" ini memang kerap ditujukan pada pelayanan pemerintah kepada rakyatnya. Singkatnya, pelayanan publik yang dirasakan oleh masyarakat.

Konsep "Memanusiakan Manusia" bukanlah hanya terbatas di bidang pelayanan publik saja. Itu terlalu sempit. Kata - kata "Memanusiakan Manusia" menyentuh seluruh dimensi kehidupan manusia.

Bahkan dunia pendidikan di Indonesia juga menggunakan konsep ini. Kurikulum pendidikan di Indonesia saat ini pun dibuat dengan dasar konsep "Memanusiakan Manusia". Di internet bisa cari tentang hal ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline