Lihat ke Halaman Asli

The Ethics of Quitting

Diperbarui: 14 Juni 2017   23:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Kebanyakan masalah etika dalam masalah keluar pekerjaan terdapat dalam kasus di mana seseorang berhenti secara tiba-tiba. Etika saat keluar dari pekerjaan melibatkan orang sekitar dan kepentingannya. Jika jawaban berdasarkan prinsip keadilan, dimana keadilan yang dimaksud adalah perlakuan yang sama secara keseluruhan, mungkin jawabannya adalah "tidak terlalu". Sebab kebanyakan kontrak kerja menyebabkan atasan untuk membiarkan pekerja keluar kapanpun disertai dengan alasan yang mendukung.

Pandangan berbeda dapat dilihat dari sisi manfaatnya, dimana tindakan yang benar secara moral adalah yang meningkatkan kebahagiaan yang bersangkutan. Dilihat dari pandangan ini, maka pekerja yang berpikir untuk keluar harus memperkirakan keuntungan jika berhenti dengan kerugian yang dapat melibatkan semua orang.

Terdapat perbedaan antara memberi pemberitahuan beberapa minggu sebelumnya bahwa kita memutuskan untuk keluar dari pekerjaan, dan tiba-tiba keluar 3 hari sebelum presentasi tahunan yang dilakukan timmu. Tidak akan banyak masalah jika dalam situasi pertama, tapi situasi kedua akan dipertanyakan keetisannya.

Di sini "Semua orang" termasuk sesama pekerja. Jika persentasi harus benar-benar dilakukan dan kamu menghilang 3 hari sebelumnya, maka tidak akan cukup waktu untuk meminta orang lain menggantikanmu;  anggota timmu yang telah memiliki tanggung jawabnya menjadi harus melakukan bagianmu. Masalah mengenai perusahaan telah menunjukkan loyalitasnya kepada pekerja tidak akan dipertimbangkan dalam pandangan ini. Apa yang penting adalah apa yang terbaik untuk semuanya dan maju. Jadi biarpun kamu tidak merasa loyalitas kepada perusahaan dan walaupun perusahaan tidak menunjukkan loyalitasnya ke pekerja, kamu harus tetap memutuskan untuk tinggal sampai waktu yang nyaman untuk keluar ditemukan agar tidak memperlakukan secara tidak adil kepada yang bekerja denganmu.

Referensi: James Brusseau, Business Ethics V. 1.0

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline