Lihat ke Halaman Asli

palge

petik pelajaran dari masa lau

Mengunjungi Benteng Fort Rotterdam di Makassar

Diperbarui: 30 Juli 2019   22:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok. pribadi

Ini merupakan kunjunga saya yang entah ke berapa kali ke Makassar, Ibukota Provinsi Sulawesi Selatan. Ada banyak tempat wisata yang berada di seputaran kota Makassar. Sebut saja Pantai Losari dan Pantai Akarena sebagai contoh. Selain wisata pantai, ada juga tempat wisata kuliner, atau wisata belanja di Somba Opu. Namun ada satu wisata sejarah yang sangat sayang kalau tidak dikunjungi. Tempat itu bernama Benteng Fort Rotterdam.

Selama beberapa kali ke Kota Makassar, seingat saya, saya sudah tiga kali berkunjung ke Fort Rotterdam. Namun baru kali inilah saya menulis tentang benteng tersebut. Sebagaimana janji saya pada tulisan saya di Kompasiana (Menulislah https://www.kompasiana.com/palge/5d3323770d823026406bb695/menulislah), saya harus menulis. Maka dengan semua keterbatasan yang saya miliki saya menulis kunjungan saya ke Benteng Fort Rotterdam pada kesempatan ini.

Benteng yang dibangun pada tahun 1545 oleh Raja Gowa ke-9 ini terbuka untuk umum sejak pagi hari. Saya dan teman saya tiba di pelataran Benteng sekitar pukul 08.00 pagi. Setelah menuliskan nama di buku tamu, kami disapa oleh seorang pemandu wisata, yang menawarkan jasa memandu kami untuk mengetahui lebih banyak tentang Benteng Fort Rotterdam. Dengan sopan kami berkata bahwa kami hanya berkeliling sebentar dan hanya akan mengambil beberapa gambar saja.

Berdasarkan penelusuran saya sebelumnya di Wikipedia.org, saya mengetahui bahwa nama asli benteng ini adalah Benteng Ujung Pandang. Namun pada saat Belanda menempati benteng ini, setelah Kerajaan Gowa menyerahkan benteng ini kepada Belanda, namanya diubah menjadi Fort Rotterdam oleh Cornelis Speelman. Pemilihan nama ini mungkin untuk mengenang daerah kelahirannya di Belanda. Selanjutnya benteng ini digunakan Belanda sebagai pusat penampungan rempah-rempah di Indonesia bagian timur.

dok. pribadi

Masuk dari pelataran melalui pintu masuk yang tidak terlalu lebar, kita akan disuguhi pemandangan gedung-gedung di bagian dalam benteng. Pintu masuk Benteng Fort Rotterdam merupakan salah satu spot foto favorit para pengunjung benteng, sehingga sayang kalau tidak bergaya di sini.

dok. pribadi

Gedung-gedung dan taman di dalam benteng terpelihara dengan sangat baik. Ada banyak tempat spot foto yang menarik dan sayang untuk dilewatkan. Sayangnya pada saat kami berkunjung, sebagian besar gedung masih terkunci pintunya, sehingga kami tidak bisa masuk ke dalam.

dok. pribadi

Ada satu gedung yang menurut saya sangat bagus desain dan arsitekturnya, sehingga sayang kalau tidak berfoto dengan latar belakng dedung itu. Kalau tidak salah itu adalah gedung tempat dimana Pangeran Diponegoro pernah ditahan oleh Belanda pada tahun 1834.

dok. pribadi

Bangunan-bangunan yang ada di dalam kompleks benteng sebagian dimanfaatkan sebagai perkantoran, dan ada yang dipergunakan sebagai museum. Namanya Museum La Galigo. Sayang karena kami datang kepagian, pintu museum masih terkunci, sehingga kami tidak bisa masuk ke dalam untuk melihat koleksi yang tersimpan dalam museum tersebut.

dok. pribadi

Setelah mengitari semua gedung yang ada di dalam benteng, kami mencoba naik ke atas benteng yang terletak di sebelah kanan arah jalan ke luar benteng. Masih terlihat reruntuhan benteng menggambarkan kekuatan benteng itu pada zamannya. Pemandangan dari atas benteng ke arah dalam sangat indah.

dok. pribadi

Akhirnya setelah menghabiskan waktu sekitar satu jam di Benteng Fort Rotterdam, kami melanjutkan perjalanan menuju Aroma Coto Gagak yang terkenal itu untuk sarapan pagi.

Terima kasih teman ku atas foto-foto yang indah hasil jepretan HP mu..

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline