Lihat ke Halaman Asli

Fransiskus Pala

Mencoba Memberantas Kekerdilan Jiwa

Agama Perlu Dipisahkan dari Politik

Diperbarui: 31 Maret 2023   09:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

APAKAH DAPAT DIBENARKAN KALAU POLITIK DAPAT DISANDINGKAN DENGAN AGAMA?

Pertanyaan ini memiliki jawaban yang kompleks dan kontroversial. Beberapa pandangan berpendapat bahwa agama dan politik dapat disandingkan, sedangkan pandangan lain berpendapat bahwa agama dan politik harus dipisahkan.

Pada satu sisi, ada pandangan yang memandang bahwa agama dan politik dapat disandingkan karena keduanya berhubungan dengan kehidupan manusia. Agama menyediakan panduan moral dan etika untuk kehidupan, sementara politik berkaitan dengan organisasi sosial dan pemilihan pemimpin untuk mengatur masyarakat. Sehingga, agama dapat berfungsi sebagai sumber inspirasi bagi para pemimpin politik untuk memperjuangkan nilai-nilai moral dan etika dalam kebijakan publik.

Namun, pandangan lain berpendapat bahwa agama dan politik harus dipisahkan karena agama merupakan urusan pribadi individu, sedangkan politik berkaitan dengan urusan publik. Jika agama dan politik disatukan, maka hal ini dapat memicu konflik dan perselisihan antara kelompok-kelompok yang berbeda agama dan pandangan politik. Selain itu, hal ini juga dapat mengurangi kebebasan individu dalam memilih agama dan keyakinannya, serta dapat membahayakan prinsip-prinsip demokrasi dan kemerdekaan berpendapat.

Dalam konteks yang lebih luas, ada beberapa negara di mana agama dan politik terintegrasi secara sistemik, seperti negara-negara dengan sistem politik teokrasi. Di sisi lain, ada juga negara-negara dengan sistem politik sekuler yang memisahkan agama dan politik secara tegas.

Secara keseluruhan, apakah agama dan politik dapat disandingkan atau tidak tergantung pada konteks budaya, politik, dan sosial masyarakat. Namun, perlu diingat bahwa dalam hubungan apapun antara agama dan politik, harus dijaga agar tidak melanggar prinsip-prinsip dasar hak asasi manusia dan tidak membahayakan demokrasi dan kemerdekaan berpendapat.

SAAT KAPAN POLITIK IDENTITAS ITU TERJADI

Jika politik digabungkan dengan agama, dapat mengarah pada politik identitas. Politik identitas adalah praktik politik yang berfokus pada identitas kelompok tertentu, seperti agama, etnis, atau gender.

Ketika agama dijadikan sebagai dasar politik, maka politik akan lebih terfokus pada identitas agama. Hal ini dapat memicu konflik antara kelompok agama yang berbeda dan dapat mengganggu stabilitas sosial dan politik. Selain itu, ketika agama digunakan sebagai landasan politik, maka akan ada upaya untuk memaksakan nilai-nilai agama pada masyarakat secara umum, tanpa mempertimbangkan bahwa masyarakat memiliki berbagai macam keyakinan dan kepercayaan.

Dalam praktik politik identitas, pemimpin politik mungkin menggunakan isu agama untuk memperkuat dukungan politik mereka dan membangun basis dukungan yang lebih kuat. Namun, hal ini dapat memperdalam perpecahan di antara masyarakat dan memicu ketidakharmonisan.

Oleh karena itu, penting untuk memisahkan agama dan politik dan memastikan bahwa kebijakan publik didasarkan pada prinsip-prinsip demokrasi dan keadilan, tanpa memandang latar belakang agama atau identitas kelompok tertentu. Dalam hal ini, peran agama harus terbatas pada memberikan panduan moral dan etika dalam kehidupan pribadi, bukan untuk mengendalikan kebijakan publik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline