Lihat ke Halaman Asli

Palah Suwandi

Mahasiswa - Ilmu Komunikasi

Opini Berbeda : Membuka Wawasan atau Memecah Belah?

Diperbarui: 26 Desember 2024   19:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi dampak negatif dari tekanan media sosial terhadap individu. ( Sumber : id.pinterest.com )

Media sosial telah menjadi ruang publik yang masif, tempat berbagai opini bertemu dan berbenturan. Tulisan ini akan membahas pengaruh opini yang beredar di media sosial terhadap masyarakat, dengan fokus pada dua sisi dampaknya: membuka wawasan dan memecah belah.

Membuka Wawasan

Opini yang beragam di media sosial dapat memperluas pandangan masyarakat. Ketika orang-orang melihat berbagai sudut pandang tentang isu yang sama, mereka dapat belajar dari pengalaman atau pemikiran orang lain yang berbeda dari milik mereka. Ini membuka kesempatan bagi diskusi yang konstruktif, memungkinkan masyarakat untuk berpikir lebih kritis dan mempertimbangkan pandangan yang sebelumnya tidak mereka ketahui.

Sebagai contoh, diskusi tentang isu sosial seperti hak asasi manusia, keberagaman, atau perubahan iklim bisa mendorong pemahaman yang lebih dalam. Ketika seseorang membaca atau mendengar cerita dari orang lain yang berbeda latar belakang, mereka mungkin akan lebih memahami kompleksitas suatu isu. Hal ini berpotensi memupuk rasa empati dan mendorong tindakan yang lebih inklusif dalam masyarakat.

Selain itu, media sosial menyediakan akses langsung ke informasi global. Seseorang yang tinggal di kota kecil bisa mengetahui apa yang terjadi di belahan dunia lain hanya dengan membaca unggahan atau berita di platform seperti Twitter atau Instagram. Keterpaparan ini membantu masyarakat untuk tidak hanya memandang suatu isu dari sudut lokal, tetapi juga global.
 
 Terpecah Belah

Namun, opini yang berbeda juga bisa memperburuk polarisasi di masyarakat. Media sosial sering kali menyoroti pendapat yang ekstrem atau emosional, yang memicu perdebatan sengit dan memperburuk perpecahan. Ketika seseorang hanya terpapar dengan pandangan yang sejalan dengan ideologi mereka, ini memperkuat sikap "kami vs mereka" yang memisahkan kelompok-kelompok dalam masyarakat.

Di platform seperti Twitter atau Facebook, retweet atau like dapat menciptakan echo chamber, di mana orang hanya mendengar atau melihat apa yang mereka inginkan, tanpa terbuka terhadap sudut pandang lain. Filter bubble yang diciptakan oleh algoritma media sosial juga memperkuat fenomena ini. Algoritma tersebut cenderung menampilkan konten yang sesuai dengan preferensi pengguna, sehingga mereka jarang terpapar pada opini yang berbeda.

Sebagai akibatnya, diskusi yang seharusnya menjadi ajang pertukaran ide sering kali berubah menjadi medan perang opini. Misalnya, perdebatan tentang politik atau isu sensitif lainnya kerap kali diwarnai oleh ujaran kebencian, serangan pribadi, atau bahkan hoaks. Hal ini tidak hanya merusak suasana diskusi, tetapi juga menimbulkan konflik yang lebih besar di dunia nyata.

Kesimpulan

Opini yang berbeda di media sosial bisa menjadi pedang bermata dua. Di satu sisi, ini memperkaya pemahaman dan memperluas wawasan. Di sisi lain, jika tidak dikelola dengan bijaksana, ini bisa menyebabkan perpecahan sosial. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk lebih kritis dalam memilih informasi dan lebih terbuka terhadap perbedaan pendapat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline