Lihat ke Halaman Asli

Nikmatnya Bekerja

Diperbarui: 17 Juni 2015   12:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ada tetangga satu kampung yang saya anggap sebagai pemancing sejati. Hampir setiap hari dia senantiasa menyempatkan diri untuk memancing. Tidak peduli kondisi cuaca seperti apa. Anehnya, hasil tangkapan ikannya sering kali tidak dia makan sendiri. Ada kalanya ikan-ikan yang didapatkan malah dikasikkan ke tetangganya.

Sepertinya, sejauh yang saya pahami, orientasi utama memancing bukanlah untuk mendapatkan ikan. Ikan hanyalah efek samping dari aktivitas memancing. Tetangga saya kecanduan memancing karena ketika dia memancing, dia merasakan kenikmatan yang luar biasa yang membuat dia ketagihan.

Baginya, memancing itu nikmat. Karena itu, dia tidak peduli mau malam hari atau hujan deras, dia akan terus memancing. Mau dapat ikan atau tidak, itu bukan persoalan penting. Meskipun mendapat ikan bukan tujuan utama memancing, tapi karena tetangga saya itu serius memancingnya, maka dampaknya dia selalu memperoleh ikan.

Setelah sekian lama saya menghayati, saya pikir mentalitas memancing tetangga saya itu layak untuk ditiru oleh siapapun dikala bekerja. Orang yang sedang bekerja seharusnya mentalitas yang dibangun bukanlah untuk mendapatkan uang. Sama dengan tetangga saya yang memancing orientasinya bukan untuk mendapatkan ikan.

Bekerja itu nikmat dan menyenangkan tak ubahnya seperti liburan. Kalau kenikmatan, kenyamanan dan kesenangan bekerja sudah bisa dirasakan maka uang tidak perlu lagi menjadi target utama. Terus, kalau bekerja tidak untuk dapat uang tapi justru karena bekerja itu nikmat, lantas bagaimana dengan uang? Masak iya sih kalau sudah benar-benar bekerja dengan serius, tidak tolah-toleh, penuh keterampilan dan bisa dipercaya, masih tidak akan dapat uang juga?

Nah, di lingkungan sekitar kita, kebanyakan mental yang dibangun ketika bekerja adalah untuk memperoleh uang. Banyak orang bekerja meski sudah puluhan tahun, namun belum juga bisa merasakan nikmatnya bekerja. Akibatnya, yang dinanti-nanti adalah hari libur dan tanggal merah. Malah ada yang lebih dari itu. Tidak sedikit pemberitaan media massa yang menyodorkan fakta terkait banyaknya oknum-oknum PNS yang sengaja datang terlambat ke kantor dan suka bolos kerja.

Kenapa ini bisa terjadi? Barang kali, besar kemungkinan alasan para oknum PNS itu karena mereka tidak bisa merasakan nikmatnya bekerja. Bagi mereka, kerja itu tidak enak, capek, jenuh dan membosankan. Yang enak cuma ketika menerima gaji saja. Karena itu, kalau bisa tidak usah bekerja yang penting gajian terus. Dan mentalitas macam ini tidak hanya dimiliki oleh segelintir oknum pegawai negeri tapi banyak ragam contohnya.

Seorang buruh tani bekerja dengan tekun lantaran ada sang pemilik lahan yang memperhatikan. Begitu si pemilik sawah pulang, dia langsung bersantai ria. Yang ditunggu dengan gelisah adalah gema suara adzan dhuhur karena itu pertanda sebentar lagi akan menerima upah.

Seorang penjual buah yang tidak bisa menikmati enaknya berjualan, target utamanya adalah sekedar memperoleh keuntungan. Dia tidak akan peduli dengan bentuk pelayanan, senyum sapa pada pembeli, kualitas buah dan sebagainya.

Seorang guru yang tidak punya jiwa guru tidak akan pernah bisa merasakan nikmatnya mengajar sehingga ia hanya disibukkan untuk memikirkan peluang peningkatan ekonomis dari tempat ia mengajar. Bukan menyibukkan diri untuk meningkatkan kualitas metode pengajaran, mempelajari karakter murid, pengembangan wawasan kependidikan atau memperluas jaringan antar pendidik.

Anda bisa memperluas sendiri contoh-contoh yang lain. Sungguh, kemampuan menikmati nikmatnya bekerja itu begitu penting. Layaknya tetangga saya yang benar-benar mampu menikmati nikmatnya memancing.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline