Lihat ke Halaman Asli

ARB-Prabowo; Koalisi Semu, Galau atau Panik?

Diperbarui: 23 Juni 2015   23:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Di penghujung bulan April ini peta persaingan capres-cawapres menuju pileg 9 Juli 2014 masih belum gamblang betul. Jokowi yang relatif diunggulkan dalam banyak survei belum menyebutkan dengan jelas siapa pasangannya dalam pilpres nanti. Baru Nasdem yang memastikan berkoalisi dengan PDIP sementara PKB nampaknya masih malu-malu. Entah malu sama siapa, apakah sama bang haji Rhoma yang sudah kuciwa berat merasa dimanfaatkan atau malu-malu untuk mengajukan ketua umumnya Muhaimin untuk menjadi pendamping Jokowi.

Praktis media massa hanya menyajikan berita serta memuat komentar dan analisa para pengamat politik tentang perkiraan siapa berpasangan dengan siapa. Juga perjalanan para pimpinan serta petinggi partai bersilaturrahim ke partai lain atau tokoh tertentu untuk membangun komunikasi politik dan menjajaki koalisi, semoga saja bukan dagang sapi.

Kemarin sore kita disuguhi berita pertemuan antara Aburizal Bakrie (ARB) capres Golkar dengan Prabowo capres Gerindra. Untuk apa dua capres bertemu sementara mereka berdua senantiasa menyampaikan tidak ada perubahan rencana tentang pencapresannya? Tidak mungkin mereka bertemu hanya sekedar silaturrahim biasa saja pastilah ada sesuatu yang dibicarakan antara dua capres tersebut. Mungkinkah Golkar dan Gerindra berkoalisi dalam pilpres mendatang?

Meski dalam politik semuanya mungkin terjadi namun untuk koalisi Golkar dengan Gerindra dalam pilpres Juli nanti probabilitasnya agak kecil, kecuali ketika dalam pemerintahan atau parlemen. Berulangkali ARB menyampaikan pencapresannya adalah harga mati ketika muncul suara minor dari sebagian petinggi partai tentang meminta evaluasi pencalonan dirinya karena elektabilitasnya tidak kunjung naik. Begitu pula Prabowo yang tidak memilih mundur dari pencapresannya meski kalangan penggiat HAM mengungkit kembali keterlibatannya dalam peristiwa penculikan para aktivis demokrasi tahun 1998.

Bisa jadi buntunya alur koalisi kedua partai yang memaksa mereka berdua bertemu. Golkar dan Gerindra belum mendapat partai pendukung untuk memenuhi persyarakat suara sehingga dapat menyetorkan daftar pasangan capres-cawapresnya ke KPU. Kalaupun PKS jadi merapat ke Gerindra ataupun Hanura ke Golkar akumulasi suara pileg mereka belum mencukupi juga untuk segera mendeklarasikan pasangan capres-cawapresnya. Demokrat yang semula diharapkan memberikan kepastian kearah mana koalisinya termasuk kemungkinan membuat koalisi sendiri ternyata memilih menyelesaikan konvensi presidennya sambil membuka kemungkinan komunikasi politik dengan PDIP, meskipun kayaknya PDIP cenderung menutup diri.

Nampaknya di akhir-akhir masa pendaftaran pasangan capres-cawapres ke KPU 20 Mei nanti baru semuanya terang benderang. Tidak menutup kemungkinan muncul kejutan-kejutan dari nama pasangan capres-cawapres yang didaftarkan. Mungkinkah muncul nama pasangan ARB-Prabowo atau Prabowo-ARB dalam daftar di KPU? Yah… kita tunggu saja.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline