Lihat ke Halaman Asli

Ketika Jiwa Saya Tertinggal di Berandamu

Diperbarui: 21 September 2021   15:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sore itu, saya tiba di kota Y. Karena memang tujuan saya tidak jelas, maka saya melepas penat dulu di bangku stasiun. Membuka gawai. Barangkali ada notifikasi yang bisa membuat gembira.

Benar saja. Dua pesan masuk via sms. Satu pesan dari provider. Mengabari saya jika ada promo paket data. Satu lagi dari nomor yang tidak saya kenal. Nomor itu mengabari saya jika saya mendapat hadiah ratusan juta.

Slmt anda terpilih. . . .
Men-dptkan Cek 189 jt
Dri PERTAMINI
code ID(717747)
selengkapnya klik.
s.id/info-pertamini-368

Saya membalas kabar menjengkelkan itu. Dengan cara menyalin isi pesan dan mengirimkannya kembali.

Sebuah keributan terjadi di depan peron. Seorang perempuan paruh baya menuding-nuding seorang laki-laki tua. Suara perempuan itu menggusur ketenangan stasiun. Saya mendekat. Beberapa penumpang mengabaikan kejadian itu. Beberapa lagi berlagak ingin tahu seperti saya.

"Lelaki tua ini menabok pantatku. Bajingan sekali. Memangnya aku murahan?"

Begitu kira-kira yang sempat saya dengar. Sebelum polisi datang dan membawa keduanya.

Lalu saya memutuskan untuk meninggalkan stasiun itu. Saya yang tidak punya tujuan memilih jalan kaki saja. Begitu keluar dari stasiun, kaki saya mengajak ke arah kiri. Saya pun mengikuti ajakan kaki saya.

Sore itu lalu lintas lumayan padat. Suara klakson bertubi-tubi meninju gendang telinga. Bau menyengat asap knalpot bus tua menyergap wajah. Hingga saya terbatuk-batuk. Saya menyumpahinya. Bagaimana bisa, kota yang sebesar ini masih menyisakan kendaraan yang sudah layak dikandangkan. Sama sekali tidak ramah lingkungan.

Di dekat jembatan penyeberangan, terdengar seseorang memanggil nama saya. Sontak saya berhenti. Lalu mencari sumber suara. Namun saya tidak menemukan siapa dia. Sekali lagi saya memeriksa barangkali ada wajah yang terekam di kepala. Hasilnya nihil.

Ketika saya berbalik dan hendak meneruskan perjalanan, perempuan itu tiba-tiba saja berada di hadapan saya. Saya kaget bukan main. Hampir saja saya tubruk.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline