Lihat ke Halaman Asli

Cerpen | Pilihan Yunus

Diperbarui: 1 Mei 2020   21:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pixabay

Pikiran-pikiran yang silih berganti di kepala, membuat Yunus tidak bisa memutuskan. Saya sudah memberinya saran yang menguntungkannya. Setidaknya ini dari pandangan saya.

Yunus teman saya di pabrik. Ia masuk lima bulan yang lalu. Saya membawanya. Ia teman sewaktu SMP. Usahanya bangkrut. Hutangnya menumpuk. Kebetulan di pabrik butuh tenaga. Jadilah kemudian dia bekerja di pabrik yang hampir separuh hidup saya habiskan di situ.

"Aku menyukai Nenti."

Demikian suatu sore ia bilang pada saya. Tentu saja lumrah urusan suka menyuka. Apalagi seorang lelaki yang bertahun-tahun terlalu asyik dengan dirinya. Tetapi saya menjadi khawatir.

"Apa rencanamu?"

Yunus bicara panjang lebar rencana-rencananya. Termasuk akan melamar Nenti selepas lebaran. Ia sangat bersemangat. Matanya berkilat-kilat.

Saya punya alasan untuk khawatir. Jika keduanya menikah, salah satu dari keduanya harus mundur. Itu sudah aturan yang tak bisa ditawar.

Ketika saya jelaskan kekhawatiran saya ini, Yunus tidak kaget. Ia telah tahu tentang itu. Nenti apalagi, dia sudah karyawan tetap.

"Saya akan mundur. Saya akan usaha lagi."

Itu keputusannya. Tetapi rupanya beberapa hari ini di kepalanya berlari-lari pikiran lainnya.

"Bagaimanapun aku laki-laki San. Setelah kupikir, melepas pekerjaan ini sungguh membuatku pusing. Tak semudah itu untuk dapat pekerjaan. Aku juga masih punya hutang yang masih harus kubayar. Sementara menyuruh Nenti mundur lebih tak masuk akal"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline