Lihat ke Halaman Asli

Puisi | Kesedihan-kesedihan yang Berlebihan

Diperbarui: 8 April 2020   13:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pixabay.com

Kesedihan yang lumer
dalam *bola mata indahmu ~ yang dulu membuat jantungku tergagap

kini menjangkitiku pelan dan terlalu berlebihan. kesedihan-kesedihan itu beranak pinak dalam ruang tersembunyi
di bilik jantungku.

setiap detak jantung berbunyi di hari-hari ini, kenangan kita yang telah kukubur sendiri di ceruk sepi memenuhi lorong kepala. Membuat napasku tersedak. Sesak menahan rindu yang sebelumnya mampu kutipu dengan waktu.

Bagaimana mengusir kesedihan yang menahun membakar bola mata ini?
: demikian suatu April yang sedikit lembap, di bangku stasiun sebelum kepergianmu, kamu menatap wajahku yang murung.

Ketika kereta tiba, dari balik jendela kamu lempar sedikit harapan lewat bola matamu yang dibekap kesedihan.
: aku hanya pergi, tetapi cerita kita abadi

Semenjak itu, kesedihan-kesedihanmu menulariku. Bertahun-tahun lamanya hingga akhirnya meledak juga.

Aku akhirya kalah. Sore itu, aku berdiri di stasiun. Menatap lengang yang tersisa. Ketika kereta tiba, aku melangkah menanggalkan berbagai urusan. Termasuk kesedihan yang menggerogoti kewarasanku.

Aku hanya pergi tetapi cerita kita abadi
: ujarku sendiri merasai sepi

Prambon, 8 April 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline